Analog : Syafa’at Sandal

Oktober 4, 2011

Kita semua mengharapkan syafa’at Kanjeng Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam. Bagaimana “mekanisme” syafa’at itu sendiri?.

Kalutnya lautan manusia di hari pemakaman Gus Dur membuat Gus Mus tak sempat mengurus sandalnya sendiri seusai menyalati janazah di masjid. Bersama keluarga Gus Dur, Gus Mus harus langsung menyertai janazah masuk ke area upacara pemakaman, sementara sandalnya tercecer berikut menantunya yang memungut tanggung jawab atas sandal itu.

Menjelang upacara pemakaman dimulai, Rizal, si menantu, kemecer untuk mengikutinya.

“Tapi pasti sudah nggak boleh masuk ni…”, keluhnya.

“Lha kamu kan bawa sandalnya Gus Mus!” Kiyai Mu’adz Thohir mengingatkan.

“Terus?”

“Tunjukkan saja sama yang jaga pintu”.

Rizal mengikuti saran Kyai Mu’adz, dan penjaga pun membiarkannya masuk.

Itulah syafa’atnya sandal.

Sholluu ‘alan Nabiy..!

{Yahya C Staquf}.


Wacana : Memahami Kembali Indonesia Kita

Oktober 1, 2010

Oleh : Dedy Djamaluddin Malik

Separatisme

Bangsa Indonesia lahir dari ikatan secara politik bukan atas dasar primordial, seperti adanya persamaan etnis atau kepercayaan.

Kondisi geografis dan demografis Indonesia yang terdiri atas ratusan kelompok etnis dan ribuan pulau yang terpisah oleh laut, membawa dua kemungkinan, menjadi faktor positif yang memperkuat bangsa atau malah menjadi faktor negatif dengan menjadi sumber perpecahan bangsa.

Sayangnya, selama ini, faktor negatif yang lebih sering muncul ke permukaan. Keberagaman sering menjadi pemicu konflik. Dalam perjalanan sejarah bangsa ini, gerakan pemberontakan atau separatisme telah dimulai sejak akhir tahun 1940-an atau masa-masa awal kemerdekaan. Jika ditarik benang merah, gelombang pemberontakan di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok.

Pertama, pemberontakan yang digerakkan oleh motif ideologi (ideology- driven). Pemberontakan ideologydriven dipengaruhi kesamaan dalam hal ideologi, nilai-nilai hidup (values), dan cita-cita untuk membentuk struktur masyarakat berdasarkan ideologi yang diyakini. Ideologi menjadi faktor pengikat yang menjadi nyawa pemberontakan. Pemberontakan jenis ini dapat terjadi lintas negara tanpa mengenal batasan etnis atau kepercayaan. Pemberontakan komunis pada 1948 dapat dimasukkan ke dalam kategori ini.

Pemberontakan model kedua dipengaruhi oleh nilai-nilai sosio-kultural yang kerap diikuti dengan motif kesejahteraan (wealth). Pemberontakan jenis ini biasanya didasari adanya kesamaan dalam hal etnis, budaya, nilai-nilai sosial, atau cita- cita untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.  Sering terjadi, pemberontakan jenis ini bersifat sebagai ”pemberontakan setengah hati”. PRRI/Permesta, misalnya, dapat dikategorikan sebagai pemberontakan setengah hati karena gerakan bersenjata tersebut tidak bermaksud meruntuhkan RI, melainkan ekspresi ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat.

Perubahan

Masih berkembangnya separatisme di Indonesia adalah sebuah fakta. Jika dibiarkan berlarut-larut, persoalan separatisme akan menghabiskan potensi dan energi bangsa ini. Sementara bangsa-bangsa lain berlomba memajukan dirinya untuk menjadi bangsa kelas dunia, bangsa ini masih berkutat dengan persoalan pemberontakan dan separatisme yang tiada henti mendera sejak 1948. Terdapat beberapa hal penting terkait separatisme di Indonesia.

Pertama, gerakan separatisme tidak perlu terjadi jika bangsa ini mau belajar dari sejarah masa lalunya. Sungguh ironis jika dibuat perbandingan antara dekade 1950-an dan awal abad ke-21 ini, pusat (baca: Jakarta) masih menjadi sentra politik dan ekonomi nasional. Sekitar 60% perputaran uang nasional dan 80% perolehan pajak berasal dari kegiatan usaha yang ada di Jakarta. Dengan demikian, selama lebih dari lima puluh tahun, tidak ada perubahan berarti dalam hal kebijakan pembangunan di Indonesia. Di lain pihak, daerah menganggap pusat hanya peduli bagaimana menyedot kekayaan alam daerah tanpa peduli dengan kesejahteraan masyarakatnya. Akibatnya, terjadi ketimpangan sosial dan pembangunan yang begitu besar di negeri ini. Masyarakat sampai harus berbondongbondong ke Ibu Kota demi memperbaiki kehidupannya atau mendapatkan pekerjaan karena minimnya lapangan kerja di daerah.

Kedua, bangsa ini tidak boleh setback dengan kembali menggunakan pola-pola keamanan dan kekerasan seperti yang dipraktikkan pada masa lalu. Cara-cara kekerasan terbukti tidak mampu menanggulangi persoalan separatisme. Selain tidak sesuai dengan nilai-nilai humanisme dan hak asasi manusia yang berlaku universal saat ini, penggunaan pola represif dapat mengundang masuknya intervensi asing, baik secara politik maupun militer, atas nama perlindungan terhadap kemanusiaan (humanitarian intervention). Selain itu, penggunaan pola represif tidak sesuai jika dikaitkan dengan motif separatisme yang berkembang saat ini yang lebih didorong oleh motif sosio-kultural serta kesejahteraan. Oleh sebab itu, sebagai poin terakhir, yang terpenting saat ini adalah mengurangi social-economic gap antara pusat dan daerah, menghargai penguatan nilai-nilai budaya lokal, serta mendorong pemerataan pembangunan di seluruh wilayah.

Sayangnya, sejak kebijakan desentralisasi digulirkan pada 2001, belum tampak munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang menjanjikan di daerah-daerah. Dibutuhkan suatu political will yang konsisten dari pemerintah untuk segera menerapkan kebijakan ekonomi-politik yang berorientasi kesejahteraan dan keadilan sosial serta mengurangi ”politik tebar pesona” seperti yang sering dipraktikkan saat ini. Semua persoalan harus diselesaikan dalam bingkai kebangsaan. Bangsa ini tentu tidak menginginkan terjadinya balkanisasi sebagaimana yang terjadi di bekas Republik Yugoslavia yang kini terpecah menjadi beberapa negara berdasarkan garis etnisitas.

Konstitusi memberikan jaminan secara tegas bahwa separatisme yang mengarah kepada perpecahan bangsa tidak bisa dibiarkan. Namun, sesuai dengan bingkai kebangsaan, konstitusi juga melindungi warga negaranya, termasuk terhadap pihak yang dianggap memberontak, dari ancaman kekerasan ataupun diskriminasi.

Bagaimanapun, mereka masih sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Tanpa konsistensi pemerintah dan adanya kesadaran untuk bersatu, bangsa ini tampaknya masih harus berkutat lebih lama lagi dengan persoalan separatisme dan patut khawatir akan eksistensinya sebagai suatu bangsa. *** (Ddm /iqbal1)


Maulid : Memuliakan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Februari 27, 2010

Ketika memasuki bulan Rabiul Awwal, umat Islam merayakan hari kelahiran Nabi SAW dengan berbagai cara, baik dengan cara yang sederhana maupun dengan cara yang cukup meriah. Pembacaan shalawat, barzanji dan pengajian­-pengajian yang mengisahkan sejarah Nabi SAW menghiasi hari-hari bulan itu.

Sekitar lima abad yang lalu, pertanyaan seperti itu juga muncul. Dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi (849 H – 911 H) menjawab bahwa perayaan Maulid Nabi SAW boleh dilakukan. Sebagaimana dituturkan dalam Al-Hawi lil Fatawi :

“Ada sebuah pertanyaan tentang perayaan Maulid Nabi SAW pada bulan Rabiul Awwal, bagaimana hukumnya menurut syara’. Apakah terpuji ataukah tercela? Dan apakah orang yang melakukannya diberi pahala ataukah tidak? Beliau menjawab: Menurut saya bahwa asal perayaan Maulid Nabi SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca Al-Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan kehidupannya. Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah al-hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang mulia”. (Al-Hawi lil Fatawi, juz I, hal 251-252)

Jadi, sebetulnya hakikat perayaan Maulid Nabi SAW itu merupakan bentuk pengungkapan rasa senang dan syukur atas terutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia ini. Yang diwujudkan dengan cara mengumpulkan orang banyak. Lalu diisi dengan pengajian keimanan dan keislaman, mengkaji sejarah dan akhlaq Nabi SAW untuk diteladani. Pengungkapan rasa gembira itu memang dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan anugerah dari Tuhan. Sebagaimana firman Allah SWT :

قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَالِكَ فَلْيَفْرَخُوا

Katakanlah (Muhammad), sebab fadhal dan rahmat Allah (kepada kalian), maka bergembiralah kalian. (QS Yunus, 58)

Ayat ini, jelas-jelas menyuruh kita umat Islam untuk bergembira dengan adanya rahmat Allah SWT. Sementara Nabi Muhammad SAW adalah rahmat atau anugerah Tuhan kepada manusia yang tiadataranya. Sebagaimana firman Allah SWT :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ

Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam. (QS. al-Anbiya’,107)

Sesunggunya, perayaan maulid itu sudah ada dan telah lama dilakukan oleh umat Islam. Benihnya sudah ditanam sendiri oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

عَنْ أبِي قَتَادَةَ الأنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ اْلإثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ – صحيح مسلم

Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab, “Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. (HR Muslim)

Betapa Rasulullah SAW begitu memuliakan hari kelahirannya. Beliau bersyukur kepada Allah SWT pada hari tersebut atas karunia Tuhan yang telah menyebabkan keberadaannya. Rasa syukur itu beliau ungkapkan dengan bentuk puasa.

Paparan ini menyiratkan bahwa merayakan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW termasuk sesuatu yang boleh dilakukan. Apalagi perayaan maulid itu isinya adalah bacaan shalawat, baik Barzanji atau Diba’, sedekah dengan beraneka makanan, pengajian agama dan sebagainya, yang merupakan amalan-amalan yang memang dianjurkan oleh Syari’ at Islam. Sayyid Muhammad’ Alawi al-Maliki mengatakan:

“Pada pokoknya, berkumpul untuk mengadakan Maulid Nabi merupakan sesuatu yang sudah lumrah terjadi. Tapi hal itu termasuk kebiasaan yang baik yang mengandung banyak kegunaan dan manfaat yang (akhirnya) kembali kepada umat sendiri dengan beberapa keutamaan (di dalamnya). Sebab, kebiasaan seperti itu memang dianjurkan oleh syara’ secara parsial (bagian­-bagiannya)”

“Sesungguhnya perkumpulan ini merupakan sarana yang baik untuk berdakwah. Sekaligus merupakan kesempatan emas yang seharusnya tidak boleh punah. Bahkan menjadi kewajiban para da’i dan ulama untuk mengingatkan umat kepada akhlaq, sopan santun, keadaan sehari-hari, sejarah, tata cara bergaul dan ibadah Nabi Muhammad SAW. Dan hendaknya mereka menasehati dan memberikan petunjuk untuk selalu melakukan kebaikan dan keberuntungan. Dan memperingatkan umat akan datangnya bala’ (ujian), bid’ah, kejahatan dan berbagai fitnah”. (Mafahim Yajib an Tushahhah, 224-226)

Hal ini diakui oleh Ibn Taimiyyah. Ibn Taimiyyah berkata, “Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi SAWakan diberi pahala. Begitulah yang dilakukan oleh sebagian orang. Hal mana juga di temukan di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS. Dalam Islam juga dilakukan oleh kaum muslimin sebagai rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi SAW. Dan Allah SWT akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan dosa atas bid’ah yang mereka lakukan”. (Manhaj as-Salaf li Fahmin Nushush Bainan Nazhariyyah wat Tathbiq, 399)

Maka sudah sewajarnya kalau umat Islam merayakan Maulid Nabi SAW sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan juga karena isi perbuatan tersebut secara satu persatu, yakni membaca shalawat, mengkaji sejarah Nabi SAW, sedekah, dan lain sebagainya merupakan amalan yang memang dianjurkan dalam syari’at Islam. (KH Muhyiddin Abdusshomad, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Ketua PCNU Jember)


Buku : Haidl (Bhs. Sunda)

September 30, 2014

sampul_haidlDiunggelkeun -pertelaan haidl- dina bahasa Sunda mangrupi buku saku, 70 lembar, anu disusun ku Iqbal, khusus kanggo kalangan internal santri/jamaah pangaosan. Mugia manfaat.

***

Numutkeun kamus Basa Arab, kecap haidl tina fi’il madli. Haadlot al-mar’atu, tahiidlu haaidlon wa mahiidlon wa mahaadlon. Pihartoseunana : Hiji awewe anu haidl (menstruasi). Anapon numutkeun syara’, haidl nyaeta getih tabe’at anu kaluar tina pianakan (rahim) awewe dina waktu cageur.

Dina Qur’an haidl dibabarkeun dina Al-Baqoroh ayat 222 :

 وَيَسْـئَـلُو نَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ  قُلْ هُوَ أَذًي فَاُعْتَزِلُواْ النِـّسَآءَ فِى الْمَحِيْضِ وَلاَ تَقْرَبُوْهُنَّ حَتَّى يَطْهُرنَ  فَاءِذاَ تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنُ حَيُثُ أَمَرَكُمُ اللّه إِنَّ اللّهَََ َ يُحِبُّ التَّوَبِيُنََ وَيُحِبُّ الْْمُتَطَهّـريْنَ ~ واللّه أعلم

Hartosna : Maranehna naranyakeun ka anjeun tina haidl. Pek jawab : “Haidl teh kokotor”. Kusabab kitu, anjeun kudu ngajauhan awewe-awewe dina keur zaman haild, tur ulah ngadeukeutan maranehna samemeh suci. Lamun maranehna geus suci, pek datangan maranehna dina tempat anu geus diparentahkeun Alloh ka aranjeun. Saestuna Alloh mikaresep jalma-jalma anu tobat tur mikaresep jalma-jalma anu sarusuci.

Junjunan Rosul ngadawuh kalawan anu diriwiyatkeun ku Imam Bukhori sareng Imam Muslim :

Hartosna : “haidl teh perkara anu parantos dipastikeun ku Alloh ka anak incu awewena nabi Adam”.

Janten haidl teh nyaeta getih tina rahim anu kaluar kalawan proses alamiah, lain kusabab panyakit, tatu, kaluron atanapi babarna orok. Kusabab getih haidl teh kaluar kalawan alamiah, maka aya perbentenan ka unggal awewe.

Anapon ari getih anu kaluar kusabab panyakit mah dingaranan istihadloh. Sedengkeun getih anu kaluar dina saba’da sampurnana ngajuru, dingaranan nifas.

Pianakan (Rahim/uterus), rupana sapertos buah pir anu ngabogaan ruang segi tilu, kalawan bagian ageungna aya di luhur. Ruangan ieu saparantosna kaasupan mani pameget (sperma) bakal terus meureut, saterusna moal bisa narima deui sperma. Sabab ieu tos janten sunnatulloh hiji murangkalih moal dijieun tina campuran dua sperma dua lalaki.

Haidl dina Al-Qur’an disebut-sebut kokotor jalaran warna, ambeu, tur bahaya-bahaya anu sanesna tina getih haidl anu dianggap geuleuh.

Kitu anu dicarioskeun ku Imam Mawardi anu dicutat tina kitab Majmu.  (***Iqbal1).


Keramat Ibu

Agustus 6, 2014

Allah SWT berfirman :

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا ~ الاسراء  24 

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah ; “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” -Al-isra’ ; 24-

Dalam kehidupan, orang banyak mencari para wali baik mereka masih hidup atau sudah mendinggal dunia. Mereka memohon kepada Allah dengan kemurahan dan keberkahan para wali bisa membantu kehidupan mereka menjadi lebih baik, lebih lancar dan sukses. Bahkan mereka rela datang dari tempat yang jauh dengan perjalanan berhari-hari agar Allah memberikan kepadanya ma’unah atau pertolongan dari Allah melalui perantaraan para wali.

Tapi sayang satu karamat yang banyak dilupakan orang adalah keramat seorang ibu. Dialah yang dimuliakan Allah tiga kali lipat dibanding kemuliaan ayah. Dialah karamat diatas segala karamat yang ada di muka bumi. Dialah figur yang digambarkan oleh Rasulallah saw sebagai sosok manusia yang memiliki doa yang sangat mustajab melebihi dari doa2 makhluk lainya. Beliau bersabda, “Doa orang tua kepada anaknya seperti doa nabi kepada umatnya”

Dalam sebuah kisah, ada seorang sahabat yang ingin ikut berperang dengan Rasulullah ternyata ia memiliki seorang ibu yang telah tua. Rasulallah saw berkata: “Pulanglah berbaktilah kepadanya, sesungguhnya surga berada di telapak kakinya”. Hadis ini membuktikan bahwa berbakti kepada orang tua sebanding dengan para mujahidin yang berjihad di medan perang.

Dari kebesaran kewalian seorang ibu Rasulallah saw telah berpesan kepada Umar ra dan Ali ra untuk meminta doa dari seorang wali yang salih, ta’at dan berbakti kepada ibunya, ia bernama Uais Al-Qarni. Ia sangat cinta kepada ibunya yang lumpuh. Ia rela berkorban untuk segala galanya demi mendapatkan keredhoan ibunya.

Rasulallah berpesan : “Nanti, pada zamanmu akan lahir seorang manusia yang doanya sangat mustajab. Pergi dan carilah dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Kalau kamu berdua berjumpa dengannya mintalah doa darinya untuk kamu berdua.”

Umar ra dan Ali ra bertanya, “Apa yang patut kami minta dari Uais al-Qarni, Ya Rasulullah?“. Beliau menjawab, “Mintalah kepadanya agar Allah mengampuni dosa dosa kalian”

Itulah Uais Al-qarni yang doanya mustajab dan didengar diatas langit. Ia rela memangku ibunya yang lumpuh dengan kedua tangannya berjalan kaki dari Yaman ke Mekah disaat melakukan ibadah haji, memangkunya disaat mengerjakan thawaf, sa’i dan wukuf di padang Arafah. Dan juga ia rela memangku ibunya dengan kedua tangannya berjalan kaki disaat kembali dari Makkah ke Yaman

Pada suatu ketika Hasan al-Bashri thawaf di Ka’bah. Beliau bertemu dengan seorang pemuda yang memanggul keranjang di punggungnya. Beliau bertanya: “Apa isi keranjang ini?. Orang itu menjawab: “Di dalamnya ada ibuku, aku menggendongnya. Aku orang tidak mampu. Selama bertahun-tahun, ibuku ingin beribadah haji, tetapi aku tidak punya ongkos. Aku tahu persis keinginan ibuku amat kuat. Ia sudah terlalu tua, setiap membicarakan Ka’bah kapan saja ia menangis. Aku tak sampai hati melihatnya seperti itu, maka aku membawanya di dalam keranjang ini dari Suriah ke Baitullah”. Kemudian pemuda tadi bertanya, “Ya Imam, apakah aku dapat membayar jasa ibuku dengan berbuat seperti ini?” Hasan al-Bashri menjawab, “Sekalipun engkau berbuat seperti ini lebih dari tujuh puluh kali, engkau tak bisa membayar sebuah tendanganmu ketika engkau berada di dalam perut ibumu!”. Subanallah.

Maka bacalah :

رَبِّ اغْفِرْ لِيَّ وَلِوَالِدَيَّ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”.

Wallahu’alam.

Ref. : hasanalsagaf.wordpress.com


Kisah : Aku Kota Ilmu, Ali Pintunya

Februari 18, 2013

Kisah pertama :

Teriakan seorang wanita muda terdengar dari jauh. Tangannya dipegang secara kasar oleh suaminya. Hidungnya berdarah dan mukanya babak belur karena dipukuli. Ia didorong maju secara kuat kehadapan khalifah Umar bin Khattab ra. Ia tersangka telah berbuat zina.

Suaminya marah bukan kepalang. Sambil dilempar di hadapan khalifah Umar, laki laki itu berkata : “Ya Amirul Muminin, perempuan ini telah berzina”. Khalifah Umar pun bertanya : “Apa sebenarnya yang telah terjadi terhadap istrimu ini?”. Dengan sewot ia menjawab : “Ya Amirul Muminin, rajamlah wanita ini. Sesungguhnya ia telah berzina. Aku baru saja kawin 6 bulan, masa sekarang sudah punya anak ?!”.

Setelah perkara itu diselidiki secara seksama, teliti dan semua persyaratan hukum telah dipenuhi, Khalifah Umar bin Khattab pun dengan tegas memutuskan bahwa hukum rajam bagi wanita tadi harus segera dilaksanakan.

Pada saat itu kebetulan Imam Ali bin Abi Thalib ra sedang duduk di samping khalifah Umar ra. Beliau melihat semua yang terjadi terhadap diri wanita itu. beliau pun telah mendengar keputusan yang telah diputuskan khalifah Umar untuk merajamnya. Adapun menurut beliau wanita itu tidak sewajarnya untuk dirajam karena ia tidak bersalah. Maka dengan penuh keberanian, Sayyidina Ali ra berkata kepada khalifah Umar ra “Tunggu dulu ya Amirul Mu’mini, jangan terburu buru memutuskan suatu hukum sebelum mempunyai dalil yang kuat. Sesungguhnya wanita itu tidak bersalah dan tidak berzina”.

Mendengar ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib ra, beliau merasa bersalah terburu-buru memutuskan hukuman tanpa bermusyawarat terlebih dahulu kepada para sahabat. Lalu beliau berkata “Ya Aba al-Hasan, bagaimana kamu tahu hukumnya bahwa wanita itu tidak berzina?”.

Dengan lantang Imam Ali pun menjelaskan : “Bukankah Allah berfirman dalam surat Al-Ahqaf ayat 15 yang berbunyi ; “mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”, sedangkan di surat lainya yaitu surat Luqman ayat 14 Allah berfirman : “Dan menyapihnya dalam dua tahun”. Umar bin Khattab ra pun membenarkan penjelasan Imam Ali. Kemudian beliau melanjutkan penjelasanya “Jika masa kandungan dan penyapihan 30 bulan dikurangi masa penyapihan 24 bulan, maka wanita bisa melahirkan anak dalam waktu 6 bulan”.

Mendengar uraian Imam Ali tadi, khalifah Umar menganggukan kepalanya tanda salut atas keputusan beliau. Lalu berkata “Tanpa Ali, Umar bisa binasa”

Kisah kedua :

Suatu ketika, Khalifah Umar bin Khattab ra sedang duduk dengan para sahabat diantaranya ada Imam Ali bin Abi Thalib. Tiba tiba seorang laki-laki yang tak dikenal datang kepada beliau, parasnya enak dipandang, bersih dan berwibawa. Sambil duduk ia tak henti-hentinya bertasbih dan berdoa.

Melihat tindak tanduk orang tadi Khalifah Umar menjadi penasaran untuk menyapanya. “Apa kabarmu di pagi hari ini?”. Orang itupun menjawab “Alhamdulillah pagi ini aku menyukai fitnah, membenci kebenaran (hak), sholat tanpa wudhu, dan saya memiliki di dunia apa yang tidak dimiliki Allah di langit”.

Wajah khalifah Umar berobah mendengar uraian tamu tadi. Beliau marah bukan kepalang, lalu bangun dari tempat duduknya dan segera memegangnya dengan keras. Imam Ali yang berada di majlis itu tersenyum melihat kelakuan khalifah Umar ra. Beliau pun berkata kepadanya : “Ya Amirul Muminin sabar dulu, apa yang telah dikatakan orang ini sesungguhnya benar”.

Medengar uraian Imam Ali, beliau pun merasa tidak enak karena telah meperlakukan tamu tadi secara kasar. Lalu beliau memandang wajah Imam Ali seraya berkata dengan suara yang agak lunak : “Dapatkan kau terangkan kepadaku kebenarnya?”.

Imam Ali ra bangun dari tempat dukuknya, lalu berkata : “Pertama, ia menyukai fitnah berarti ia menyukai harta benda dan anak, bukankah Allah berfirman dalam ayat Nya surat al Anfal ayat 28 “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak anakmu itu hanyalah fitnah?”.

Kedua, ia membenci kebenaran atau hak. artinya ia membeci kematian. Allah berfirman dalam surat qaf 19 : “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar benarnya (hak). Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”.

Ketiga, ia sholat tanpa wudhu, yaitu sholat kepada Rasulallah saw. Orang yang bershalawat kepada Rasulallah saw tidak wajib harus berwudhu. Adapun yang keempat, ia memiliki di dunia apa yang tidak dimiliki Allah di langit. Maksudnya ia memiliki di dunia anak dan istri yang tidak dimiliki Allah karena Allah adalah Maha Esa, tidak beristri, tidak beranak, dan tidak diperanakan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.

Khalifa Umar ra menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar uraian Imam Ali ra. Lalu berkata : “Seburuk buruknya majlis adalah majlis yang tidak ada abu Al-Hasan (Imam Ali ra).

**

Dari dua kisah di atas jelas sekali kita bisa mengambi suatu bukti bahwa Imam Ali ra memiliki gudang ilmu yang tidak dimiliki para sahabat lainya. “Aku kota ilmu dan Ali pintunya”. Itulah sabda Rasulallah saw yang dicetuskan beliau kepada para sahabat. Alasanya, ketika beliau menerima wahyu, Sayyidina Ali ra adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tesebut setelah istri beliau, Khadijah ra. Pada waktu itu Ali ra masih berusia sekitar 10 tahun.

Pada usia remaja setelah wahyu turun, Imam Ali ra banyak belajar langsung dari Rasulallah saw karena sebagai misanan dan sekali gus merangkat sebagai anak asuh, beliau selalu mendapat kesempatan dekat dengan Rasulallah saw. Hal ini berlanjut sampai belau menjadi menantu Rasulallah saw. Jadi banyak pelajaran pelajaran tertentu yang diajarkan Rasulallah saw kepada beliau yang tidak diajari kepada sahabat sahabat yang lain.

Didikan langsung dari Rasulallah saw kepada imam Ali ra dalam semua ilmu agama baik secara zhahir (syariah) atau secara bathin (tasawuf), banyak menggembleng beliau menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak. Salah satu dari kecerdasan, keberanian dan kebijaksanaan beliau kita bisa lihat dari kisah kisah di atas tadi.

Wallahua’lam

Sumber : hasanalsaggaf.wordpress.com


Catatan : Sholawat Munfarijah

Januari 21, 2013

Sholawat Nariyah / Munfarijah :

أللّهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَد وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

“Ya Allah, semoga Engkau mencurahkan rahmat yang sempurna dan keselamatan yang sempurna atas Nabi Muhammad SAW, yang menjadi sebab terlepasnya kerumitan dan hilangnya kesusahan, terpenuhinya segala hajat, dan tercapai segala yang disukai serta husnul-khatimah, dan turunnya hujan dari awan, berkat keagungan dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW dan kepada para keluarga dan para sahabatnya pada setiap mata melirik dan jiwa bernafas, sejumlah setiap yang Engkau ketahui.”


Saatnya Bangkit Bangun ~Industri Dirgantara Nasional~

Desember 6, 2012

Menetap di benua maritim seperti Indonesia, menguasai teknologi dirgantara dinilai bisa meningkatkan persatuan dan kesatuan. Terlebih lagi, mantan Presiden Indonesia Soekarno menggaris bawahi pentingnya penguasaan teknologi dirgantara dengan memasukkan Komando Pelaksana Industri Penerbangan pada 1960-an dalam kabinet pemerintahannya.

Hal itu diungkapkan perintis industri penerbangan modern Indonesia sekaligus mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J. Habibie), saat menyampaikan orasi dalam Peringatan 50 Tahun Pendidikan Teknik Penerbangan Institur Teknologi Bandung di Jakarta Convention Center, Sabtu (1/112/2012). Menurutnya, Indonesia harus bisa memiliki wawasan untuk produk dirgantara dan maritim.

Untuk terus bisa mengimplementasikan visi pengembangan kedirgantaraan Bung Karno itu, Habibie mengungkapkan diperlukannya penerus untuk memajukan teknologi dan industri penerbangan Indonesia. “Saya berkewajiban agar ada estafet, supaya tidak dihentikan oleh kekuatan luar negeri,” tutur Habibie.

Lebih lanjut, diungkapkan Habibie, Indonesia memiliki tantangan untuk mengembangkan teknologi penerbangan. Sebagai benua maritim yang terdiri dari 80 persen perairan, mengembangkan teknologi penerbangan tentu tidak mudah di Indonesia mengingat luasnya Tanah Air.

“Indonesia itu besar dan benua maritim yang 80 persennya air, tentu dari sabang sampai marauke tidak bisa menggunakan kereta api, terlebih lagi jika datang dari negara lain,” jelasnya.

Industi penerbangan bukan hal yang awam bagi Indonesia, terbukti  saat peluncuran N-250 yaitu pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) yang diluncurkan pada 1995 menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng.

“Dibanding negara lain kita sudah mulai sejak tahun 1995 (industri penerbangan), 17 tahun lalu. Kini, kita harus bangkit kembali karena tidak ada “makan siang” secara cuma-cuma, jadi kita harus berkorban dan berjuang,” pungkasnya. (*** Berbagai sumber)


Berita : HABIBIE BAKAL HADIRKAN GENERASI TERBARU N-250

Desember 5, 2012
Teknologi Kebanggaan Bangsa Indonesia

Teknologi Kebanggaan Bangsa Indonesia

Presiden Ke-3 Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J Habibie) kian mantap menumbuhkan kembali industri penerbangan Indonesia. Optimisme Habibie itu didukung dengan banyaknya orang Indonesia yang memiliki pengalaman dalam industri penerbangan.

Berbekal pengalaman dan keahlian putra-putri Indonesia dalam teknologi dan industri penerbangan, Habibie yakin dalam lima tahun mendatang Indonesia bisa menghadirkan pesawat yang melebihi N-250.

“Banyak anak-anak kita, yang di luar negeri juga memiliki pengalaman dalam industri penerbangan. Saya perkirakan tahun 2013 akan mulai (perkembangan industri penerbangan Indonesia), Insya Allah tahun 2018 kita akan memiliki pesawat yang lebih baik daripada N-250,” kata Habibie di sela-sela acara Peringatan 50 Tahun pendidikan Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu, 1 Desember 2012.

“Kita akan melihat kembalinya N-250, tapi tentu yang lebih canggih dan perusahaannya juga telah dibentuk,” lanjut Habibie.

Sementara itu, untuk kembali membangun undustri penerbangan Indonesia, Habibie berharap pemerintah melaksanakan dan melanjutkan proses yang nantinya akan dijalani. “Lanjutkan apa yang sudah kita mulai supaya bisa lebih baik daripada sebelumnya, serta harus mengamankan supaya produk dalam negeri lebih baik,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Habibie saat ini tengah berusaha membangun kembali “kerajaan” penerbangan dengan pengetahuan teknologi yang dimilikinya. Pria berusia 76 tahun ini mendirikan perusahaan dirgantara PT Ragio Aviasi Industri (RAI) yang dibentuk bersama PT Ilhabi Rekatama dan PT Eagle Capital.

Dalam manajemen PT RAI, Habibie dipercaya sebagai Ketua Dewan Komisaris. Melalui perusahaan tersebut, Habibie berusaha mengembangkan kembali rancangan pesawat N-250 yang data-datanya saat ini masih dimiliki bangsa Indonesia.

 Strategi Ilham Habibie Membangkitkan N-250

Presiden Direktur PT Ilthabi Rekatama, Ilham Akbar Habibie, yang juga merupakan putra sulung dari mantan Presiden BJ Habibie, menyatakan upaya pihaknya untuk terus membangkitkan kembali N-250 menjelma menjadi pesawat generasi baru, Regio Prop.

Ilham Akbar Habibie tengah mempersiapkan kebangkitan kembali industri pesawat terbang N-250. Ilham bahkan sudah mempersiapkan strategi khusus memasarkan pesawat ini. “Kami akan fokus dulu untuk mengarap pasar Asia Tenggara,” kata Ilham kepada VIVAnews, Selasa 21 Agustus di Jakarta. Dengan strategi itu, diharapkan industri  pesawat yang kini mati suri itu bisa kembali bangkit.

Pasar Asia Tenggara dibidik, kata Ilham, sebab 50 persen pangsa pasar pesawat turborprop atau pesawat baling-baling (propeller) berada di Asia Tenggara. Ini karena pesawat jenis itu cocok digunakan di daerah berkontur geografis seperti Asia Tenggara. Salah satu kelebihan pesawat propeller sejenis N-250 adalah pada kehandalannya dalam penerbangan jarak pendek. Dibanding pesawat jet, pesawat bermesin baling-baling jauh lebih efisien dan hemat.

Daya tampung N-250 pun cukup memadai, karena didesain pesawat ini mampu mengangkut 50-70 penumpang. Oleh karena itu Ilham yakin maskapai-maskapai penerbangan di Asia Tenggara nantinya akan lebih memilih pesawat produksi negara sekawasan ketimbang memesan pesawat buatan Eropa dan Amerika.

Sesungguhnya salah satu pesaing potensial N-250 adalah Fokker-50. Tapi pesawat jenis itu kini  tidak lagi diproduksi oleh Fokker Aviation, Belanda, sebab sudah pailit pada tahun 1996. Jadi pesaing pesawat N-250 pun tinggal dua yaitu ATR 72 pmilik perusahaan Prancis-Italia dan Bombardier Dash-8 produksi Kanada.

Kedua pesawat propeller itu produksi Eropa. Maka N-250 adalah satu-satunya pesawat sejenis yang diproduksi di Asia Tenggara. Ini memperkuat tekad Ilham untuk menguasai pasar sekawasan yang tak asing lagi. Apalagi N-250 terbilang modern di kelasnya.

Direktur Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia, Andi Alisjahbana (Sekarang Direktur Teknologi dan Pengembangan), mengatakan bahwa N-250 memang diciptakan untuk merebut pasar jenis pesawat itu.

“Hingga sekarang N-250 merupakan pesawat termodern di kelasnya. Pesawat sejenis yang digunakan Wings Air misal, MA-60 yang mengambil desain dari Antonov, dan ATR-72, didesain tahun 1980-an. Sementara N-250 dibuat tahun 1990-an,” ujarnya.

Ilham menjelaskan bahwa di masa depan produksi pesawat N-250 tidak akan seluruhnya dilakukan di Indonesia, tapi juga disubkontrakkan kepada pabrikan pesawat di negara-negara satu kawasan seperti Malaysia dan Thailand. “Kami tidak bisa berjalan sendiri karena semua pabrik pesawat tidak berdiri sendiri, tapi pasti punya supplier. Jadi punya banyak mitra di negara-negara lain itu wajar,” terang Ilham.

PT. RAI yang 51 persen sahamnya dikuasai PT. Ilthabie Rekatama selanjutnya bakal berperan sebagai perusahaan inti yang merangkul perusahaan-perusahaan lain di satu kawasan. Saham PT. RAI sendiri tidak hanya dimiliki oleh PT. Ilthabie Rekatama, tapi juga oleh PT. Eagle Cap milik Erry Firmansyah, mantan Direktur Utama PT. Bursa Efek Indonesia (49 persen).

Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (Persero) / IPTN, -yang sekarang telah berubah menjadi -PT Dirgantara Indonesia (Persero)-. Pesawat ini merupakan primadona IPTNdalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (N-250 saat diluncurkan pada tahun 1995).

Sayangnya N-250 yang menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng, harus dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. *** (Berbagai Sumber)


Rehat : X-47B DRONE BARU AMERIKA

Desember 5, 2012
Mesin Pembunuh Baru Buatan Negeri Ubcle Sam

Mesin Pembunuh Baru Buatan Negeri Ubcle Sam

Amerika Serikat tengah mengembangkan pesawat nirawak (drone) robot pintar yang dikendalikan dengan kecerdasarn artifisial (artificial intelligence). Pesawat ini dapat berpikir dan menentukan target sendiri, dengan sedikit sekali campur tangan manusia.

Diberitakan Daily Mail, Kamis 29 November 2012, drone tipe X-47B ini tengah diuji di tengah laut. Jika drone ini mampu melewati seluruh ujian yang dilakukan, maka alat pembunuh ini bisa secara mandiri mendarat dan bertugas di kapal induk AS.

Dikembangkan selama lima tahun, drone X-47B dirancang untuk bisa mengudara dan terbang dengan hanya beberapa kali klik pada mouse. Tidak seperti drone model sebelumnya, X-47B tidak akan dikendalikan dengan pengendali oleh manusia.

Drone ini memiliki unit pengendali canggih yang mampu berpikir secara independen, melakukan tugas dengan benar dan menentukan sendiri target selanjutnya. Walaupun X-47B mampu menentukan target sendiri, namun Pentagon menjamin bahwa yang menekan pelatuk untuk menembak adalah manusia.

Pengujian pesawat ini dilakukan di Chesapeake Bay dekat Sungai Patuxent, Maryland, Senin lalu. Dalam pengujian, dilakukan beberapa manuver operasi yang diluncurkan dari kapal induk USS Harry S. Truman.

Pesawat ini dirancang oleh perusahaan Northrop Grumman yang bekerja sama dengan beberapa perusahaan aviasi militer terkemuka AS, seperti Pratt & Whitney dan Lockheed Martin.

Drone menjadi andalan AS dalam menghancurkan musuh, terutama di wilayah-wilayah terpencil di Pakistan atau Afganistan. Menurut data New American Foundation, dalam 337 serangan drone sejak tahun 2004, lebih dari 3.000 orang tewas.

Banyak juga warga sipil dan anak-anak yang menjadi korban serangan drone. Warga Pakistan harus hidup dalam ketakutan karena setiap saat mereka bisa dihantam roket drone AS.  *** (Ref. Indo-Defence-2012)


Catatan Suro

November 19, 2012

SURO…!

Secara harfiah berasal dari kata Suro, salah satu nama bulan dalam penanggalan Jawa yang bertepatan dengan Muharram pada penanggalan Hijriyah. Istilah Suro sendiri diambil dari bahasa Arab, ‘asyaro atau ‘asyrohyang berarti “hari kesepuluh”.Suronan merupakan tradisi pesantren yang dilakukan saat tibanya hari kesepuluh di bulan Muharram.Tradisi menghormati hari kesepuluh di bulan Muharram mempunyai sejarah yang panjang. Pada hari tersebut Allah Swt. mengampuni dosa Nabi Adam a.s.; menyelamatkan dan mendaratkan Nabi Nuh a.s. dengan kapalnya; menyelamatkan Nabi Musa a.s. dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun bersama tentaranya, dan; menyelamatkan Nabi Yunus a.s. dari ikan chuut (paus).Masih banyak lagi peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ‘Asyuro. Pada hari itu, Allah Swt. memberikan ampunan (maghfirah) kepada hamba-hamba-Nya yang berdoa memohon ampunan. Oleh karena itulah seorang mukmin harus memperbanyak ibadah, mencari maghfirah-Nya, serta berpuasa dan memperbanyak sedekah kepada anak yatim.

Pada hari Suronan, para santri berpuasa mengikuti Rasulullah saw. seperti dalam hadits: “Ketika Nabi saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi puasa pada hari ‘Asyuro, beliau bertanya, ‘Hari apa ini?’ Jawab mereka, ‘Hari ini hari yang baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh-musuh mereka, karena itu Musa mempuasainya.’ Sabda Nabi Saw., ‘Aku lebih berhak daripadamu dengan Musa.’ Karena itu Nabi saw. mempuasainya dan menyuruh mempuasainya.” (HR. al-Bukhari).

Dalam pelaksanaan tradisi Suronan, kalangan pesantren juga biasanya membuat bubur nasi, yaitu bubur abang (bubur merah) yang rasanya manis karena dibubuhi gula merah, dan bubur putih yang rasanya gurih. Warna-warna ini merupakan simbol dua hal yang selalu berlawanan di dunia, misalnya laki-laki dan perempuan, siang dan malam, ataupun baik dan buruk. Bulan Suro adalah bulan terjadinya peperangan antara yang baik dan yang buruk, sebagaimana tampak dalam tragedi pembunuhan Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib di Karbala.

Sebagian masyarakat Jawa menekankan momentum Suro pada malam tanggal satu Suro, yaitu malam tahun baru bagi penanggalan Jawa Kuno. Mereka percaya pada malam ini berbagai kekuatan spiritual turun ke bumi untuk mendatangi orang-orang yang berhati bersih dan suci.

Biasanya mereka kemudian melakukan patigeni, yaitu tirakatan selama 24 jam tanpa tidur dan tidak makan untuk mengharap datangnya pesan dari langit. Ada juga yang melakukannya dengan merendam diri di sungai dan mandi di tempat-tempat tertentu. Sedangkan orang-orang yang memiliki pusaka (keris, jimat, dan lain-lain) akan memandikan dan membersihkannya pada hari keramat ini. (Ensiklopedi NU).
Klik catatan lain : https://iqbal1.wordpress.com/2011/12/10/faidah-ada-banyak-keutamaan-di-bulan-muharram/

Humor : Kaum Sarungan

September 13, 2012

“Mengikuti kebiasaan kaum Muslimin itu penting!” kata Kyai Maemoen Zubair, “Contohnya: sarung. Dari asal-usulnya, itu merupakan pakaian tradisional orang Birma yang Buddha. 

“Tapi di Indonesia ini sekarang sudah jadi pakaiannya kiyai dan santri. Ya nggak usah tanya dalilnya. Masak mau pakai sarung saja nyari dalil dulu?” lanjut Kyai Maemoen.

Seorang Mahasiswa Universitas Al Azhar asal Indonesia berkeliaran di kota Thanta, Mesir, dengan tetap mempertahankan kebiasaannya memakai sarung –barangkali penghayatannya akan hal itu telah mencapai taraf “ideologis”. 

Maklum, dia itu murni makhluk pesantren yang tak pernah tersentuh pendidikan lainnya, hatta Sekolah Dasar. Ketika masuk sebuah pasar ia menjadi pusat perhatian semua orang. Mereka bisik-bisik dan ketawa-tawa. Bahkan sekumpulan anak muda meledeknya:

“Belum junub sudah keluyuran ke pasar!” teriak mereka. Santri Kendil kita merasa risih juga, tapi tak paham maksud mereka dan tak perduli.

Baginya, sarung adalah jati diri. Ia pun cuek saja saat Juma’atan seisi masjid memandanginya dengan tatapan penuh keheranan. Sampai kemudian seorang profesor dosennya menghampiri, lalu memberi nasehat,
“Kamu kalau kemana-mana mbok ya pakai celana, jangan pakai sarung,” kata profesor.

“Saya tahu, kalau di Indonesia itu adalah pakaian tholabul ‘ilmi-nya santri. Tapi kalau di sini, itu pakaian jima’!” terangnya.

Berkumpul singa mengaum, berkumpul kambing mengembik.

Tapi, mengaum ataupun mengembik perlu mawas diri juga.

***

Kang Ustad Darkum pegang mata pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyah sore. Tapi murid-murid kelas tiga menamai pelajarannya: nonton wayang.

Kenapa?

Pintu ruang kelas itu menghadap ke Barat, menentang matahari sore. Dan Kang Darkum tak pernah mengenakan apa-apa dibalik kain sarungnya. *** (Yahya C. Staquf)


Humor : Akal-akalan Kiai Bisri Mustofa

September 7, 2012

Perbedaan pandangan yang meruncing dua pimpinan NU, antara Kiai Idham Chalid dengan Pak Subhan ZEmembuat para sesepuh prihatin. Mbah Kiai Ma’shum Lasem pun memanggil Kiai Bisri Mustofa.

“Sri, mbok Sampeyan bikin ikhtiar untuk merukunkan Idham sama Subhan!” perintahnya Mbah Ma’shum.

Kiai Bisri garuk-garuk kepala. Ia memahami keprihatinan para sesepuh. Di sisi lain, ia sendiri punya dugaan bahwa mungkin saja “perselisihan” di antara dua pemimpin itu disengaja, paling tidak diperlukan. Kenapa?

Indonesia dan NU sedang dalam masa-masa genting peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru. Ada harapan-harapan, tapi tak ada yang bisa memastikan apa yang akan dilakukan oleh Soeharto, si penguasa baru. 

Di depan mata hanya ada pilihan-pilihan sulit. Oleh karenanya, “perselisihan” di antara kedua pemimpin itu ibarat “menyediakan sekoci di tengah badai”.

Kiai Bisri merasa, tidak mudah menjelaskan pikirannya itu kepada Mbah Ma’shum, sedangkan ia terlalu takdim kepada beliau. Maka ia berusaha mengelak:

“Panjenengan yang sepuh kan lebih berwibawa, ‘Yai.”

“Nggak bisa! Ini soal rumit. Harus pakai akal-akalan. Sampeyan kan banyak akal!” Mbah Ma’shum memaksa.

Tak berkutik, Kiai Bisri pun mematuhi perintah Mbah Ma’shum, yakni merancang akal-akalan.

Kiai Bisri lantas beli satu peti Green Spot (soft-drink yang populer waktu itu) dan satu peti sirup Kawis (sirup khas produk Rembang). 

Ia suruh santri mengantarkan Peti Green Spot kepada Pak Subhan ZE dengan pesan: “Dari Kiai Idham Chalid, mohon tanda terima”. 

Pada saat yang sama, santri lain disuruh mengantarkan limun Kawis kepada Pak Idham dengan pesan: “Dari Pak Subhan ZE, mohon tanda terima”.

Maka diperolehlah dua lembar tanda terima:

1. “Telah terima satu peti Green Spot dari KH Idham Khalid. Terimakasih sebesar-besarnya. Ttd: Subhan ZE”

2. “Telah terima satu peti limun Kawis dari Saudara Subhan ZE. Jazaakumullah. Ttd: Idham Chalid”.

Kiai Bisri menghaturkan kedua lembar tanda terima itu ke hadapan Mbah Ma’shum.

“Sudah bisa rukun, Yai”, ia melapor, “lha ini sudah saling kirim-kiriman…”

Mbah Ma’shum sumringah.  (***TerongGosong)


Amalan Menyambut Ramadhan

Juli 13, 2012

Tidak terasa bulan Sya’ban telah bergulir hampir separuh perjalanan. Itu artinya waktu semakin mendekati bulan Ramadhan. Sudah maklum bagi kita semua keistimewaan bulan Ramadhan. Hal ini bisa terasakan pada kehidupan di sekitar kita.Tidak hanya harga sembako yang secara perlahan tapi pasti mulai beranjak naik, tetapi juga semangat beribadah semua orang dari anak-anak hingga nenek-nenekpun semakin bertambah. Bahkan masjid dan mushalla mulai berbenah diri untuk menyambut, tarawih, tadarrus dan buka bersama.

Lantas apa semua amalan-amalan yang sebaiknya dilakukan dalam rangka menyambut bulan Ramadhan ini?

Pertama, amalan terpenting itu adalah amalan hati, yaitu niat menyambut bulan Ramadhan dengan lapang hati (ikhlas) dan gembira. Karena hal itu dapat menjauhkan diri dari api nereka.

Sebuah hadits yang termaktub dalam Durrotun Nasihin menjelaskan dengan.

مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ

Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.

Begitu mulianya bulan Ramadhan sehingga untuk menyambutnya saja, Allah telah menggaransi kita selamat dari api neraka. Oleh karena itu wajar jika para ulama salaf terdahulu selalu mengucapkan doa:

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan aku hingga selesai Ramadhan“.

Sampai kepada Ramadhan adalah kebahagiaan yang luar biasa, karena hanya di bulan itu mereka bisa mendapatkan nikmat dan karunia Allah yang tidak terkira. Tidak mengherankan jika kemudian Nabi saw dan para sahabat menyambut Ramadhan dengan senyum dan tahmid, dan melepas kepergian Ramadhan dengan tangis.

Kedua, berziarah ke makam orangtua; mengirim doa untuk mereka yang oleh sebagain daerah dikenal dengan istilah kirim dongo poso. Yaitu mengirim doa untuk para leluhur dan sekaligus bertawassul kepada mereka semoga diberi keselamatan dan berkah dalam menjalankan puasa selama sebulan mendatang. Tawassul dalam berdo’a merupakan anjuran dalam islam. Sebagaimana termaktub dalam Surat al-Maidah ayat 35

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. al-Maidah: 35).

Diriwayatkan pula dari sahabat Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulallah Muhammad s.a.w ketika menguburkan Fatimah binti Asad, ibu dari sahabat Ali bin Abi Thalib, beliau berdoa :

اَللَّهُمَّ بٍحَقٍّيْ وَحَقِّ الأنْبٍيَاءِ مِنْ قَبْلِيْ اغْفِرْلأُمِّيْ بَعْدَ أُمِّيْ

Artinya: Ya Allah dengan hakku dan hak-hak para nabi sebelumku, Ampunilah dosa ibuku setelah  Engkau ampuni ibu kandungku. (H.R.Thabrani, Abu Naim, dan al-Haitsami) dan lain-lain.

Ketiga,saling memaafkan. Mengingat bulan Ramadhan adalah bulan suci, maka tradisi bersucipun menjadi sangat seseuai ketika menghadapi bulan Ramadhan. Baik bersuci secar lahir seperti membersihkan rumah dan pekarangannya dan mengecat kembali mushalla, maupun bersuci secara bathin yang biasanya diterjemahkan dengan saling memaafkan antar sesama umat muslim. Terutama keluarga, tetangga dan kawan-kawan. Hal ini sesuai dengan anjuran Islam dalam al-Baqarah ayat 178;

فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (dia) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.(QS. 2:178)

Menurut sebuah hadis shahih, Nabi Muhammad saw. Pernah menganjurkan agar siapa yang mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain, baiknya itu menyangkut kehormatan atau apa saja, segera menyelesaikannya di dunia ini, sehingga tanggung jawab itu menjadi bebas (bisa dengan menebus, bisa dengan meminta halal, atau meminta maaf). Sebab nanti di akherat sudah tidak ada lagi uang untuk tebus menebus. Orang yang mempunyai tanggungan dan belum meminta halal ketika dunia, kelak akan diperhitungkan dengan amalnya: apabila dia punya amal saleh, dari amal salehnya itulah tanggungannya akan ditebus; bila tidak memiliki, maka dosa atas orang yang disalahinya akan ditimpakan kepadanya, dengan ukuran tanggungannya. (Lihat misalnya, jawahir al-Bukhori, hlm. 275, hadis nomer: 353 dan shahih Muslim, II/430).

Dengan kata lain, jika seseorang ingin bebas dari kesalahan sesama manusia, hendaklah meminta maaf kepada yang bersangkutan. Begitu pula jika seseorang menginginkan kesucian diri guna menyambut bulan yang suci maka hendaklah saling memafkan *** (Ref. NU-Online)


Catatan : Puasa Bulan Rajab

Mei 28, 2012

Rajab adalah bulan ke tujuh dari penanggalan Islam qomariyah (hijriyah). Peristiwa Isra Mi’raj  Nabi Muhammad  shalallah ‘alaih wasallam  untuk menerima perintah salat lima waktu terjadi pada 27 Rajab ini.

Bulan Rajab juga merupakan salah satu bulan haram, artinya bulan yang dimuliakan. Dalam tradisi Islam dikenal ada empat  bulan haram, ketiganya secara berurutan  adalah: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan yang tersendiri,  Rajab. 

Dinamakan bulan haram karena pada bulan-bulan tersebut orang Islam dilarang mengadakan peperangan. Tentang bulan-bulan  ini, Al-Qur’an menjelaskan :

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Hukum Puasa Rajab

Hadis-hadis Nabi yang menganjurkan atau memerintahkan berpuasa dalam bulan- bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) itu cukup menjadi hujjah atau landasan mengenai keutamaan puasa di bulan Rajab. 

Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda “Puasalah pada bulan-bulan haram.” (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah riwayat al-Nasa’i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): “Usamah berkata pada Nabi Muhammad Saw, “Wahai Rasulallah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya’ban. Rasul menjawab: ‘Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'”

Menurut as-Syaukani dalam Nailul Authar, dalam bahasan puasa sunnah, ungkapan Nabi, “Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang” itu secara implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya.

Keutamaan berpuasa pada bulan haram juga diriwayatkan dalam hadis sahih imam Muslim. Bahkan  berpuasa di dalam bulan-bulan mulia ini disebut Rasulullah sebagai puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. Nabi bersabda : “Seutama-utama puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan-bulan al-muharram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan  Rajab).

Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumid-Din menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa menjadi lebih kuat jika dilaksanakan pada hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa Rajab terkategori al-asyhur al-fadhilah di samping dzulhijjah, muharram dan sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum  di samping dzulqa’dah, dzul hijjah, dan muharram.

Disebutkan dalam  Kifayah al-Akhyar, bahwa bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadan adalah bulan- bulan haram yaitu dzulqa’dah, dzul hijjah, rajab dan  muharram. Di antara keempat bulan itu yang paling utama untuk puasa adalah bulan al-muharram, kemudian Sya’ban. Namun menurut Syaikh Al-Rayani, bulan puasa yang utama setelah al-Muharram adalah Rajab.

Terkait hukum puasa dan ibadah pada Rajab, Imam Al-Nawawi menyatakan, telah jelas dan shahih riwayat bahwa Rasul SAW menyukai puasa dan memperbanyak ibadah di bulan haram, dan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, maka selama tak ada pelarangan khusus puasa dan ibadah di bulan Rajab, maka tak ada satu kekuatan untuk melarang puasa Rajab dan ibadah lainnya di bulan Rajab” (Syarh Nawawi ‘ala Shahih Muslim).

Hadis Keutamaan Rajab

Berikut beberapa hadis yang menerangkan keutamaan dan kekhususan puasa bulan Rajab : 

  1. Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah SAW memasuki bulan Rajab beliau berdo’a:“Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik).
  2. Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan.”
  3. Riwayat al-Thabarani dari Sa’id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana  berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya…..”
  4. Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut“.
  5. Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Rajab itu bulannya Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku.” 
  6. Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”Maka berkata Jibrilb a.s “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini”.   *** (Ref. NU-Online).

Ekonomi : This Time is Different

Mei 22, 2012
Dua orang guru besar ekonomi, Carmen Reinhart dan Kenneth Rogoff, menerbitkan buku mereka yang berjudul This Time is Different : Eight Centuries of Financial Folly. Buku ini mendokumentasikan dinamika perekonomian dunia di 66 negara dan lima benua dalam periode 800 tahun.
 
Mereka menemukan pola yang selalu berulang. Ketika perekonomian baru pulih dari krisis, pertumbuhan yang cepat memberikan optimisme yang mendorong negara-negara meningkatkan utangnya, baik utang luar negeri maupun utang dalam negeri. Pertumbuhan bertambah cepat, optimisme mulai berlebihan, utang lebih banyak lagi, dan akhirnya melebihi kemampuan membayar, lalu terancam gagal bayar yang memicu ledakan krisis ekonomi.Pola ini selalu berulang di negara maju ataupun negara berkembang. Setiap kali pola ini akan berulang, setiap kali itu pula para ekonom mengatakan, This time is different. “Kali ini berbeda situasinya, fundamental ekonomi kita kuat.” Sampai akhirnya, krisis berikutnya benar-benar terjadi.

Yunani merupakan contoh terkini dari pola krisis ini. Yunani adalah negara dengan perekonomian terbesar ke-27 di dunia dengan populasi hanya 11,2 juta orang dan GDP 360 miliar dolar AS. Negara ini ditopang oleh dua industri utama, yaitu pelayaran maritim dan pariwisata.

Hampir semua negara Eropa mengalami periode pertumbuhan cepat pada periode 1999-2001 dan 2005-2007 yang diselingi oleh periode pertumbuhan lambat pada periode 2002-2004 dan 2008-2009. Pada periode pertumbuhan cepat, optimisme telah mendorong naiknya pinjaman besar-besaran. Pemerintah meningkatkan program kesejahteraan bagi warganya. Swasta melakukan ekspansi bisnis. Nilai mata uang euro menguat.

Ketika krisis melanda AS, dua industri utama Yunani terpukul. Jumlah turis menurun, pelayaran maritim menurun, investasi di kedua industri tersebut menurun, harga saham menurun, kredit bank mulai dibatasi, dan suku bunga meningkat.

Perekonomian mulai masuk ke dalam fase resesi, pendapatan pemerintah menurun, pengeluaran pemerintah untuk program kesejahteraan meningkat. Lebih parahnya lagi, bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas terpaksa diselamatkan pemerintah.

Alessandri dan Haldane, dua ekonom untuk bank sentral Inggris, Bank of England, mengamati adanya kontrak sosial yang tidak tertulis dalam berbagai formatnya untuk selalu menyelamatkan bank yang mengalami kesulitan. “When the bank win they keep the profits, when the banks lose the state takes the losses” (ketika bank untung, keuntungan buat mereka; ketika bank rugi, negara yang menanggulangi).

Saat ini, Yunani memiliki utang lebih besar dari GDP-nya, 113 persen dari GDP, terbesar di dunia. Utang luar negeri neto mencapai 70 persen dari GDP. Defisit neraca perdagangan yang besar, 11 persen dari GDP. Defisit anggaran belanja negara 12,9 persen dari GDP yang juga terbesar di dunia.

Jika Yunani gagal membayar utang-utangnya, ia menjadi utang luar negeri gagal bayar terbesar sepanjang sejarah. Lebih besar dari gabungan utang luar negeri gagal bayar Rusia dan Argentina. Ketika sebagian kecil ekonom mengingatkan berulangnya pola krisis di Yunani, pemerintah menjawabnya, This time is different.

Indonesia saat ini berada pada fase baru pulih dari krisis, pertumbuhan meningkat cepat, pemerintah menerbitkan surat utang yang mendapat respons baik di pasar, swasta mulai ekspansi bisnis dan menerbitkan surat utang baru, serta investasi mulai mengalir masuk. Semua variabel makroekonomi menunjukkan menguatnya fundamental ekonomi. Bahkan, Indonesia diharapkan menjadi lokomotif bangkitnya ekonomi Asia bersama Cina dan India.

Kisah krisis Yunani terjadi berulang-ulang selama 800 tahun di 66 negara. Begitu setidaknya menurut temuan Reinhart dan Rogoff. Namun, setiap kali sebelum krisis benar-benar terjadi, pemerintah dan para ekonom yang sependapat dengan pemerintah selalu mengatakan, This time is different.

Penerbitan sukuk negara sebagai alternatif surat utang negara tentu sangat baik bagi perekonomian. Namun, bila penerbitan sukuk negara sebagai tambahan surat utang negara dan jumlahnya melebihi kemampuan negara membayarnya, jangan harap this time is different. Dubai merupakan contoh bahwa sukuk yang halal pun dapat saja gagal bayar.

Riba jelas haram. Meminjam melebihi kemampuan membayar sehingga terjerat utang yang tidak mampu dibayar, kecuali dengan utang baru, juga jelas harus dihindari. Bahkan, Rasulullah SAW mengajarkan doa, “Ya, Allah, lindungi kami dari utang yang memberatkan.” Jelas yang dimaksud dalam doa ini adalah utang yang bebas riba, tapi Rasul SAW tetap mengingatkan bahayanya utang yang berlebihan.

Indonesia memang bukan Yunani. Salah satu keberhasilan Indonesia adalah mengelola utang-utang negara. Yang juga harus tetap diwaspadai adalah membengkaknya utang swasta, apalagi bila kemudian harus menjadi tanggungan negara. Temuan Alessandri dan Haldane sangat terasa relevansinya dengan kasus Bank Century di Indonesia.

Ketika bank kecil itu di ambang kebangkrutan dan terjadi pada saat dampak krisis di AS diantisipasi akan berimbas pada Indonesia, pemerintah akhirnya memutuskan menyelamatkan bank kecil itu. Industri perbankan seakan menjadi pintu belakang sektor swasta meminjam. Bila gagal, mereka meminta pemerintah menanggulanginya. Alessandri dan Haldane menghitung jumlah bantuan yang diberikan oleh Pemerintah AS, Inggris, dan Uni Eropa untuk menyelamatkan industri ini mencapai 14 triliun dolar AS setara dengan 25 persen GDP dunia.

Ketika industri perbankan Indonesia banyak dikuasai asing, bila kita tidak waspada, ini dapat menjadi pintu belakang swasta asing meminjam. Bila gagal, pemerintah yang menanggulanginya. Calon menteri keuangan dan calon gubernur BI tentu lebih paham akan hal ini. This time is not different.

Oleh Adiwarman A Karim
Sumber : Republika Online ; http://ekisopini.blogspot.com/2010/06/this-time-is-different.html


Du’a Memasuki Bulan Rajab

Mei 22, 2012

Du’a memasuki bulan Rajab :

اللهم بارك لنا فى رجب و شعبان وبلغنا رمضان

Allaahumma baariklanaa fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighna Ramadhana.

“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan sampaikanlah umur kami bertemu Ramadhan”.

Selamat memasuki bulan Rajab 1433 H, 22 Mei 2012. Semoga Alloh SWT senantiasa memberkahi kita semua, Amin.


Visi Anak Bangsa : Dari N-2130 hingga SSJ100

Mei 21, 2012
Oleh : Rahardi Ramelan (Pengamat Masalah Masyarakat dan Teknologi)
 
Musibah yang menimpa pesawat Sukhoi Superjet 100 menggugah kita untuk menoleh ke belakang :  melihat program pesawat kita, N-2130.
 
Sudah lama pasar pesawat komersial besar atau Large Commercial Aircraft (LCA) didominasi oleh Boeing dan Airbus sebagai duopoli. Walaupun pasar terbuka bagi produsen baru, kemungkinan masuknya produsen ketiga hampir tidak mungkin
 
Pasar Pesawat
 
Akan tetapi, adanya persaingan harga tiket dan tekanan terhadap biaya produksi di perusahaan penerbangan memunculkan kebutuhan pesawat dengan 100 penumpang. Studi yang dilakukan pada 1995 oleh beberapa industri pesawat mengindikasikan, terbuka pasar pesawat dengan kapasitas 100-130 penumpang pada 2000-2020. Jumlahnya diperkirakan 3.000 pesawat. Hal inilah yang kemudian ”memaksa” Boeing memproduksi B 717-200 (MD-95) dan Airbus dengan A-319 yang berkapasitas 100-130 penumpang.
 
Sebenarnya, industri pesawat menengah dan regional terus memfokuskan diri pada pengembangan pesawat untuk 100 penumpang yang merupakan low end dari LCA. Sebutlah di antaranya Embraer dari Brasilia yang mengembangkan E-170. Embraer kemudian melanjutkan dengan stretch version E-190 yang penerbangan perdananya berlangsung pada 2004.
 
Ada juga Bombardier dari Kanada. Perusahaan ini pada 1997 mengembangkan CRJ-700, stretch version CRJ-200. Ini kemudian dilanjutkan dengan CRJ-900 dan akhirnya CRJ-1000 yang programnya dimulai pada 2007 dan penerbangan perdana pada 2008. Fokker-Belanda berusaha memasuki pasar ini dengan F-100, tetapi gagal.
 
Rusia pun tidak mau ketinggalan. Tupolev pada waktu itu mengembangkan Tu 334-120 yang penerbangan perdananya terlaksana pada 1999. Baru kemudian Sukhoi pada 2000 mengembangkan program SSJ100. Ini adalah pesawat baru dan penerbangan perdananya dilaksanakan tahun 2008.
 
Penyerahan pesawat pertama dilakukan tahun 2011. Sukhoi memiliki kerja sama jangka panjang dengan Boeing dan Pemerintah Rusia mendukung pengembangan SSJ100 melalui pendanaan. SSJ100 juga menggunakan mesin baru, SaM-146, buatan Rusia hasil kerja sama Rusia dan Perancis.
 
Bagaimana dengan Indonesia? IPTN, yang sekarang bernama Dirgantara Indonesia (DI), setelah sukses dengan CN-235 dan penerbangan perdana N-250 mulai mengembangkan pesawat N-2130 tahun 1995. Versi N-2130-100 rencananya melakukan terbang perdana pada awal 2005 dan penyerahan pesawat pertama tahun 2006.
 
Untuk membiayai program N-2130, atas prakarsa pemerintah, tahun 1996 telah dibentuk perusahaan PT Dua Satu Tigapuluh (DSTP). Saham PT DSTP dimiliki oleh pemerintah daerah, BUMN, perusahaan swasta, dan perorangan. Pada pertengahan tahun 1997, sewaktu nilai mata uang rupiah semakin menurun serta keadaan ekonomi dan keuangan Indonesia semakin memburuk dan tidak menentu, kemampuan PT DSTP untuk memenuhi target membiayai program N-2130 tidak tercapai.
 
Seiring dengan gelombang reformasi politik, PT DSTP bulan September 1999 akhirnya dilikuidasi. Hak milik atas kekayaan intelektual yang dimilikinya—hasil penelitian, desain, dan sebagainya—diserahkan kepada pemerintah.
 
N-2130 dan SSJ100
 
Dibandingkan dengan pesawat lain dengan kapasitas 100 penumpang, N-2130 yang dimulai tahun 1995 dan SSJ100 yang dimulai tahun 2004 merupakan pesawat baru yang memanfaatkan teknologi mutakhir, termasuk FBW-Fly by Wire. Sebagai pesawat baru, rancangan pesawat, antara lain, memanfaatkan Computational Fluid Dynamics (CFD) Technology yang canggih untuk mengurangi biaya pengembangan.
 
Dihentikannya program N-2130 pada 1999 telah menceraiberaikan pool para ahli desain dan enginer pesawat kita yang jumlahnya ratusan. Mereka kemudian menyebar dan menjadi bagian dari perusahaan pesawat dunia. Ada yang di Brasilia, Kanada, Amerika Serikat, dan Eropa.
 
Kita pun pada 2010 membeli pesawat dari para pesaing kita untuk memenuhi pasar pesawat 100 penumpang dalam negeri. Beberapa perusahaan penerbangan dalam negeri telah melirik atau membeli Embraer E-190, Bombardier CRJ-1000, dan SSJ100.
 
Setelah 13 tahun dihentikannya program N-2130, kita belajar banyak. Kemampuan teknologi dan industri merupakan hasil perjalanan yang panjang, akumulasi dari belajar dan praktik. Berhentinya proses akumulasi ini dan upaya untuk mengembalikannya memerlukan keberanian dan waktu yang panjang.
 
Adakah pemimpin atau calon pemimpin kita yang mempunyai Visi Teknologi 2030 ?. *** (Sumber :  KOMPAS, 16 Mei 2012).