Saatnya Bangkit Bangun ~Industri Dirgantara Nasional~

Desember 6, 2012

Menetap di benua maritim seperti Indonesia, menguasai teknologi dirgantara dinilai bisa meningkatkan persatuan dan kesatuan. Terlebih lagi, mantan Presiden Indonesia Soekarno menggaris bawahi pentingnya penguasaan teknologi dirgantara dengan memasukkan Komando Pelaksana Industri Penerbangan pada 1960-an dalam kabinet pemerintahannya.

Hal itu diungkapkan perintis industri penerbangan modern Indonesia sekaligus mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J. Habibie), saat menyampaikan orasi dalam Peringatan 50 Tahun Pendidikan Teknik Penerbangan Institur Teknologi Bandung di Jakarta Convention Center, Sabtu (1/112/2012). Menurutnya, Indonesia harus bisa memiliki wawasan untuk produk dirgantara dan maritim.

Untuk terus bisa mengimplementasikan visi pengembangan kedirgantaraan Bung Karno itu, Habibie mengungkapkan diperlukannya penerus untuk memajukan teknologi dan industri penerbangan Indonesia. “Saya berkewajiban agar ada estafet, supaya tidak dihentikan oleh kekuatan luar negeri,” tutur Habibie.

Lebih lanjut, diungkapkan Habibie, Indonesia memiliki tantangan untuk mengembangkan teknologi penerbangan. Sebagai benua maritim yang terdiri dari 80 persen perairan, mengembangkan teknologi penerbangan tentu tidak mudah di Indonesia mengingat luasnya Tanah Air.

“Indonesia itu besar dan benua maritim yang 80 persennya air, tentu dari sabang sampai marauke tidak bisa menggunakan kereta api, terlebih lagi jika datang dari negara lain,” jelasnya.

Industi penerbangan bukan hal yang awam bagi Indonesia, terbukti  saat peluncuran N-250 yaitu pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) yang diluncurkan pada 1995 menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng.

“Dibanding negara lain kita sudah mulai sejak tahun 1995 (industri penerbangan), 17 tahun lalu. Kini, kita harus bangkit kembali karena tidak ada “makan siang” secara cuma-cuma, jadi kita harus berkorban dan berjuang,” pungkasnya. (*** Berbagai sumber)


Berita : HABIBIE BAKAL HADIRKAN GENERASI TERBARU N-250

Desember 5, 2012
Teknologi Kebanggaan Bangsa Indonesia

Teknologi Kebanggaan Bangsa Indonesia

Presiden Ke-3 Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J Habibie) kian mantap menumbuhkan kembali industri penerbangan Indonesia. Optimisme Habibie itu didukung dengan banyaknya orang Indonesia yang memiliki pengalaman dalam industri penerbangan.

Berbekal pengalaman dan keahlian putra-putri Indonesia dalam teknologi dan industri penerbangan, Habibie yakin dalam lima tahun mendatang Indonesia bisa menghadirkan pesawat yang melebihi N-250.

“Banyak anak-anak kita, yang di luar negeri juga memiliki pengalaman dalam industri penerbangan. Saya perkirakan tahun 2013 akan mulai (perkembangan industri penerbangan Indonesia), Insya Allah tahun 2018 kita akan memiliki pesawat yang lebih baik daripada N-250,” kata Habibie di sela-sela acara Peringatan 50 Tahun pendidikan Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu, 1 Desember 2012.

“Kita akan melihat kembalinya N-250, tapi tentu yang lebih canggih dan perusahaannya juga telah dibentuk,” lanjut Habibie.

Sementara itu, untuk kembali membangun undustri penerbangan Indonesia, Habibie berharap pemerintah melaksanakan dan melanjutkan proses yang nantinya akan dijalani. “Lanjutkan apa yang sudah kita mulai supaya bisa lebih baik daripada sebelumnya, serta harus mengamankan supaya produk dalam negeri lebih baik,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Habibie saat ini tengah berusaha membangun kembali “kerajaan” penerbangan dengan pengetahuan teknologi yang dimilikinya. Pria berusia 76 tahun ini mendirikan perusahaan dirgantara PT Ragio Aviasi Industri (RAI) yang dibentuk bersama PT Ilhabi Rekatama dan PT Eagle Capital.

Dalam manajemen PT RAI, Habibie dipercaya sebagai Ketua Dewan Komisaris. Melalui perusahaan tersebut, Habibie berusaha mengembangkan kembali rancangan pesawat N-250 yang data-datanya saat ini masih dimiliki bangsa Indonesia.

 Strategi Ilham Habibie Membangkitkan N-250

Presiden Direktur PT Ilthabi Rekatama, Ilham Akbar Habibie, yang juga merupakan putra sulung dari mantan Presiden BJ Habibie, menyatakan upaya pihaknya untuk terus membangkitkan kembali N-250 menjelma menjadi pesawat generasi baru, Regio Prop.

Ilham Akbar Habibie tengah mempersiapkan kebangkitan kembali industri pesawat terbang N-250. Ilham bahkan sudah mempersiapkan strategi khusus memasarkan pesawat ini. “Kami akan fokus dulu untuk mengarap pasar Asia Tenggara,” kata Ilham kepada VIVAnews, Selasa 21 Agustus di Jakarta. Dengan strategi itu, diharapkan industri  pesawat yang kini mati suri itu bisa kembali bangkit.

Pasar Asia Tenggara dibidik, kata Ilham, sebab 50 persen pangsa pasar pesawat turborprop atau pesawat baling-baling (propeller) berada di Asia Tenggara. Ini karena pesawat jenis itu cocok digunakan di daerah berkontur geografis seperti Asia Tenggara. Salah satu kelebihan pesawat propeller sejenis N-250 adalah pada kehandalannya dalam penerbangan jarak pendek. Dibanding pesawat jet, pesawat bermesin baling-baling jauh lebih efisien dan hemat.

Daya tampung N-250 pun cukup memadai, karena didesain pesawat ini mampu mengangkut 50-70 penumpang. Oleh karena itu Ilham yakin maskapai-maskapai penerbangan di Asia Tenggara nantinya akan lebih memilih pesawat produksi negara sekawasan ketimbang memesan pesawat buatan Eropa dan Amerika.

Sesungguhnya salah satu pesaing potensial N-250 adalah Fokker-50. Tapi pesawat jenis itu kini  tidak lagi diproduksi oleh Fokker Aviation, Belanda, sebab sudah pailit pada tahun 1996. Jadi pesaing pesawat N-250 pun tinggal dua yaitu ATR 72 pmilik perusahaan Prancis-Italia dan Bombardier Dash-8 produksi Kanada.

Kedua pesawat propeller itu produksi Eropa. Maka N-250 adalah satu-satunya pesawat sejenis yang diproduksi di Asia Tenggara. Ini memperkuat tekad Ilham untuk menguasai pasar sekawasan yang tak asing lagi. Apalagi N-250 terbilang modern di kelasnya.

Direktur Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia, Andi Alisjahbana (Sekarang Direktur Teknologi dan Pengembangan), mengatakan bahwa N-250 memang diciptakan untuk merebut pasar jenis pesawat itu.

“Hingga sekarang N-250 merupakan pesawat termodern di kelasnya. Pesawat sejenis yang digunakan Wings Air misal, MA-60 yang mengambil desain dari Antonov, dan ATR-72, didesain tahun 1980-an. Sementara N-250 dibuat tahun 1990-an,” ujarnya.

Ilham menjelaskan bahwa di masa depan produksi pesawat N-250 tidak akan seluruhnya dilakukan di Indonesia, tapi juga disubkontrakkan kepada pabrikan pesawat di negara-negara satu kawasan seperti Malaysia dan Thailand. “Kami tidak bisa berjalan sendiri karena semua pabrik pesawat tidak berdiri sendiri, tapi pasti punya supplier. Jadi punya banyak mitra di negara-negara lain itu wajar,” terang Ilham.

PT. RAI yang 51 persen sahamnya dikuasai PT. Ilthabie Rekatama selanjutnya bakal berperan sebagai perusahaan inti yang merangkul perusahaan-perusahaan lain di satu kawasan. Saham PT. RAI sendiri tidak hanya dimiliki oleh PT. Ilthabie Rekatama, tapi juga oleh PT. Eagle Cap milik Erry Firmansyah, mantan Direktur Utama PT. Bursa Efek Indonesia (49 persen).

Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (Persero) / IPTN, -yang sekarang telah berubah menjadi -PT Dirgantara Indonesia (Persero)-. Pesawat ini merupakan primadona IPTNdalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (N-250 saat diluncurkan pada tahun 1995).

Sayangnya N-250 yang menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng, harus dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. *** (Berbagai Sumber)


Rehat : X-47B DRONE BARU AMERIKA

Desember 5, 2012
Mesin Pembunuh Baru Buatan Negeri Ubcle Sam

Mesin Pembunuh Baru Buatan Negeri Ubcle Sam

Amerika Serikat tengah mengembangkan pesawat nirawak (drone) robot pintar yang dikendalikan dengan kecerdasarn artifisial (artificial intelligence). Pesawat ini dapat berpikir dan menentukan target sendiri, dengan sedikit sekali campur tangan manusia.

Diberitakan Daily Mail, Kamis 29 November 2012, drone tipe X-47B ini tengah diuji di tengah laut. Jika drone ini mampu melewati seluruh ujian yang dilakukan, maka alat pembunuh ini bisa secara mandiri mendarat dan bertugas di kapal induk AS.

Dikembangkan selama lima tahun, drone X-47B dirancang untuk bisa mengudara dan terbang dengan hanya beberapa kali klik pada mouse. Tidak seperti drone model sebelumnya, X-47B tidak akan dikendalikan dengan pengendali oleh manusia.

Drone ini memiliki unit pengendali canggih yang mampu berpikir secara independen, melakukan tugas dengan benar dan menentukan sendiri target selanjutnya. Walaupun X-47B mampu menentukan target sendiri, namun Pentagon menjamin bahwa yang menekan pelatuk untuk menembak adalah manusia.

Pengujian pesawat ini dilakukan di Chesapeake Bay dekat Sungai Patuxent, Maryland, Senin lalu. Dalam pengujian, dilakukan beberapa manuver operasi yang diluncurkan dari kapal induk USS Harry S. Truman.

Pesawat ini dirancang oleh perusahaan Northrop Grumman yang bekerja sama dengan beberapa perusahaan aviasi militer terkemuka AS, seperti Pratt & Whitney dan Lockheed Martin.

Drone menjadi andalan AS dalam menghancurkan musuh, terutama di wilayah-wilayah terpencil di Pakistan atau Afganistan. Menurut data New American Foundation, dalam 337 serangan drone sejak tahun 2004, lebih dari 3.000 orang tewas.

Banyak juga warga sipil dan anak-anak yang menjadi korban serangan drone. Warga Pakistan harus hidup dalam ketakutan karena setiap saat mereka bisa dihantam roket drone AS.  *** (Ref. Indo-Defence-2012)


Warta : PTDI TURUT DALAM RANCANG BANGUN AIRBUS A350

April 13, 2012

Istana_Negara_Iqbal1Jakarta (ANTARA News) – PT Dirgantara Indonesia (Persero), Rabu, mencatat sejarah baru dan “naik kelas” dengan menjadi mitra rancang bangun setara bagi Airbus, dalam pembuatan A350. PT DI bukan lagi sekedar pembuat komponen (manufacturing) seperti sebelumnya.

Langkah maju PT DI itu ditandai penandatanganan memorandum kesepahaman antara PT DI dengan Airbus Industrie di Jakarta, yang menjadi salah satu agenda dalam kunjungan kenegaraan PM Inggris, David Cameron, yang disertai 30 pebisnis utama Inggris, termasuk dari Airbus.

PT DI dalam penandatanganan yang berlangsung di Istana Negara itu diwakili Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, Ardonni Jafri. Kini, selain mampu membuat komponen untuk pesawat Airbus, PT DI dipercaya untuk berkontribusi dalam rancang bangun pesawat Airbus A350.

Bicara soal Airbus ini, konsep dan praktis pengendalian pesawat terbang dua awak (two men cockpit) berbasis sistem elektronika (fly by wire) jajaran pesawat komersial A-300 buatan konsorsium penerbangan Eropa ini diprakarsai tokoh kedirgantaraan nasional, Wiweko Supomo.

Supomo, yang pernah menjadi direktur utama PT Garuda Indonesian Airways (saat itu) juga sahabat kental Nurtanio, pendiri PT DI, yang kemudian namanya sempat diabadikan menjadi pusat unggulan industri kedirgantaraan satu-satunya di Asia Tenggara itu.

Mengomentari perkembangan pesat PT DI itu, Direktur Utama PT DI, Budi Santoso, menggarisbawahinya sebagai langkah awal menuju status sebagai kontraktor rancang bangun bagi Airbus.

“Pekerjaan rancang bangun ini akan menjadi langkah awal sebagai kontraktor rancang bangun bagi pesawat-pesawat Airbus,” katanya.

Bukan hanya itu, Santoso yakin kesepakatan yang ditandatangani pihaknya dengan Airbus juga berharap PTDI menjadi pemasok tier-1 (tingkat 1) bagi Airbus.

Ardonni, mengatakan kesepakatan itu secara khusus ditujukan dalam rancang bangun pengembangan pesawat Airbus A350, jenis pesawat berbadan lebar berteknologi masa depan, yang dimulai tahun ini juga.

Pesawat A350 itu sendiri kini masih dalam tahap perancangan, dimana PT DI akan menyertakan para insinyurnya sebagai pemikir-pemikir dan penghitung bagian-bagian dari pesawat masa depan tersebut.

“Kami kini masuki tahapan kerja kerah putih, tak lagi kerah biru,” kata Ardonni.

Dia menambahkan, selain mengangkat nama bangsa dalam teknologi rekayasa pesawat terbang, PT DI kini mendapatkan nilai tambah 60 persen lebih besar dari hasil pekerjaaan yang dilakukan para personilnya dalam proyek rekayasa seperti itu

Menurut dia, pengakuan Airbus tersebut bukan hal mudah karena sebelum memutuskan menjadikan PT DI mitra rancang bangun, Airbus telah turun ke PT DI di Bandung dan mengaudit sistem yang digunakan PT DI guna mengukur kemampuan rancang bangunnya.

Sebelumnya, sejak 2002 PT DI telah dipercaya membuat berbagai komponen untuk struktur Airbus A320/321/330/30/350 dan bahkan pesawat berlantai dua dan terbesar di dunia A380 sejak tahun 2002 yang diperoleh lewat Spirit (saat ini BAe System) dan juga dari CTRM Malaysia. *** (Ant/Promosi).


Airbus Military signs contract with Indonesia for nine C295 aircraft

Februari 16, 2012

Airbus Military has signed today a firm contract with PT Dirgantara Indonesia (PT DI) to supply nine C295 military transport aircraft for delivery to the Indonesian Ministry of Defense. The contract between PT DI and the Ministry of Defense of Indonesia was signed simultaneously and witnessed by the Minister of Defense, H. E. Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro and the Chief of Armed Forces Admiral Agus Suhartono at a ceremony at the Singapore Airshow. The Indonesian designation of the aircraft will be CN295.

The aircraft will be operated by the Indonesian Air Force throughout the vast territory of Indonesia, which includes around 17.000 islands. The aircraft will support of a variety of missions including military, logistical, humanitarian and medical evacuation missions. The first delivery is foreseen to start in 2012 and by summer 2014 all aircraft will have been delivered.

Additionally, the plan covers a substantial industrial collaboration between PT DI and Airbus Military for the C295 program, including the manufacturing of the tail empennage, rear fuselage and fuselage panels, as well as workpackages for the development of computer based training systems and the set up of a service, delivery center and a FAL in Indonesia.

“This is a proud moment for our country as well as for the Indonesian aerospace industry. The C295 provides the ideal capacity to respond to Indonesia´s current and future military and humanitarian transport needs and does so very cost-efficiently, with full participation of the Indonesian aerospace industry, creating high skilled jobs and technology transfer,” said H. E. Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro, the Minister of Defence of Indonesia Republic.

“This contract builds on the long and excellent partnership that exists between Airbus Military and the Indonesian aerospace industry. It will provide our country with the right capability for the years to come and allows PT DI to grow its aerospace business as a tier 1 supplier. This will position PTDI on the global aerospace scene and allow us to enhance our skills and workforce,” said Dr. Budi Santoso the President Director of PT Dirgantara Indonesia (Persero).

“Airbus Military is honored that the Indonesian Ministry of Defence has choosen the C295 for its fleet and we look forward to continue our successful partnership with PT DI. We will ensure that we live up to this mark of confidence, which demonstrates the value that the CN295 provides to the armed forces around the world”, said Domingo Urena-Raso, President and CEO of Airbus Military.

Over 85 C295s are in service today with 14 different operators.

About the C295

The new generation C295 is the ideal aircraft for defence and civic mission to the benefit of society, such as humanitarian actions, maritime patrol, and environmental surveillance missions, amongst others. Thanks to its robustness and reliability, and with simple systems, this medium sized tactical airlifter provides wide versatility and flexibility, necessary for personnel, troop and bulky/palletized cargo transportation, medical evacuation, communication and logistic duties or paratroop air-dropping capabilities.

The C295’s excellent versatility also allows it to be configured in special versions to perform specific missions with top efficiency such as Gunship, Ground Surveillance, Search & Rescue, Maritime Patrol, Anti-Submarine Warfare, SIGINT or Airborne Early Warning.

Its mix of dual technology civil/military equipment ensure success on demanding tactical mission, growth potential for future equipment as well as compatibility with the latest civil airspace environment.

C295s in service today have accumulated more than 110,000 flying hours in the most demanding conditions, from extreme cold weather to hot desert areas.

The C295 is part of Airbus Military’s family of light and medium airlifters which also includes the smaller C212 and CN235 platforms.

About PT Dirgantara Indonesia

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) manufacturing site is in Bandung, Indonesia. The company main products are aircrafts; aircraft structure component; aircraft services; and engineering. PT DI Assembly Lines produce various types of CN235 under TC for civil / military transport, maritime patrol, surveillance, and coast guard, other than those also produce under licenses the NC212-200, NAS332 Super Puma and NBell412. PT DI has delivered over 340 aircraft to 49 civil  / military operators. PT DI Manufacture produces aircraft parts, components, tools and fixtures for A320/321/330/340/350/380 of Airbus, for MK2 and EC725 of Euro copter and for CN235, C212-400 and C295 of Airbus Military. PT DI Aircraft Services provides maintenance, overhaul, repair, alteration and logistic support for CN235, Bell412, BO-105, NC-212-100/200, NAS332 Super Puma, B737-200/300/400,/500, A320, Fokker 100, Fokker 27. PT DI Engineering provides engineering and analysis and flight simulators. PT DI is an Indonesian state owned enterprise that was established in 1976.

Contacts for the media :

Budiman Saleh :  (+62 22 603 7995 / 605 4669)

Arie Wibowo : (+62 22 600 2572 / 605 4130)


Press Release : Letter of Intent to Purchase N-219

Februari 16, 2012

(Singapore  February 15, 2012) On Wednesday, February 15th , 2012,  Budi Santoso as President Director of PT Dirgantara Indonesia (Persero)/PTDI and Laurens Prawira Nitimihardja acting as President Director of PT Nusantara Buana Air (NBA) agree to sign a Letter of Intent (LOI) at a venue during the Singapore Air Show 2012.

The signing was followed by Memorandum of Understanding  to support financing the program between PT Dirgantara Indonesia, PT Nusantara Buana Air and RTCom Investment Com Ltd.

This ceremony was witnesess by three minister of Republik of Indonesiana from left to right : MS Hidayat  (the minister of industry), Dahlan Iskan (minister of state enterprices) and Gita Wiryawan (minister of Trade).

NBA intents to purchase 20 (twenty) N219 aircraft and additional option of 10 (ten)  N219 aircraft manufactured by PTDI to support its flight armada in the event to develop its operational flight, for the total amount of US$ 120 million.

Both parties agree to create a team to discuss and to negotiate all the technical and business aspects.

In the meantime PTDI is still developing the N219 aircraft and plans to manufacture the aircraft immediately after getting the certification at the first quarter of 2014. 

This twin turboprop engine that accommodates 19 passengers or 3000 kg of cargo is planned to replace old aircraft operated within Indonesian territory, and the proposed specification of the aircraft is as follow :

–     Maximum cruising speed : 213 kts

–     Maximum range : 1580 Nm

–     Take off length (SL,ISA,MTOW) : 1398 ft

–     Landing field length : 1588 ft

–     Maximum take off weight : 16000 lbs

–     Maximum cruising altitude : 10000 ft

–     Maximum ceiling altitude : 24000 ft

–     Maximum payload : 5460 lbs


Karya Anak Bangsa : Dirgantara Combat Helicopter “GANDIWA”

Januari 19, 2012

Atas kehormatan undangan dari Menejemen Komunikasi PT Dirgantara Indonesia (Persero) di Bandung kepada penulis untuk hadir dalam beberapa konferensi persnya beberapa waktu yang lalu, alhamdulillah ada beberapa cuplikan yang  dapat penulis tuangkan disini.

Posting ini antara lain tentang Dirgantara Combat Helicopter “Gandiwa”. Sebuah sarana alat pertahanan keamanan berupa karya dari anak bangsa yang tergolong canggih. Bagi penulis ini sangat menarik dan perlu memberikan apresiasi, dan semoga bermanfaat bagi inspirasi pemerhati. Memang, cinta kepada bangsa dan tanah air dapat dilakukan dengan berbagai cara, -karya teknologi umpamanya-. Atas dedikasi tsb, publik mempunyai kepentingan mengetahui bagaimana akuntabilitasnya. Sebagaimana implementasi Undang-undang Kebebasan Informasi Publik (KIP).

Dirgantara Combat Helicopter GANDIWA merupakan helikopter militer dengan peran utama sebagai pesawat/helikopter tempur, dengan kemampuan menyergap target di darat, seperti musuh infanteri dan kendaraan lapis baja. Dikarenakan helikopter ini dilengkapi dengan persenjataan berat, kadang disebut juga sebagai gunship helicopter. Karena helikopter ini juga dapat dipakai untuk melakukan penyerangan, maka biasa disebut juga sebagai helikopter serang (attackt helicopter).

Senjata yang digunakan pada helikopter tempur ini dapat mencakup autocannons, machine-guns, roket, dan peluru kendali seperti Hellfire. Selain itu helikopter ini juga mampu membawa rudal udara ke udara, meskipun sebagian besar untuk tujuan pertahanan diri.

Secara umum, Dirgantara Combat Helicopter memiliki dua tugas utama : Pertama, untuk memberikan dukungan udara secara langsung dan tepat bagi pasukan darat. Dan kedua, sebagai anti-tank, dimana tugasnya adalah menghancurkan kendaraan lapis baja miilik musuh.

Design Development

Helikopter tempur GANDIWA adalah helikopter dengan konfigurasi 2 orang crew (1 orang pilot dan 1 orang co-pilot/gunner) dengan posisi tandem. Helikopter ini memiliki dua buah engine dan satu buah dengan empat bilah composite bearingless rotor utama (main rotor) dan satu buah rotor ekor (tail rotor). Helikopter ini dilengkapi juga dengan wing pylon untuk mensupport persenjataan yang dibawanya.

Dirgantara Combat Helicopter GANDIWA dikembangkan dengan memakai base helicopter Bell412. Modifikasi utama dilakukan dengan merubah konfigurasi dari konfigurasi side-by-side, menjadi konfigurasi tandem. Selain itu dilakukan desain support untuk senjata-senjata yang akan dibawa.

Main rotor, tail rotor, engine dan juga gearbox diusahakan tidak dilakukan perubahan besar dari basis helikopter. Avionik dan sistem diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan utama dari helikopter ini. Glass cockpit avionic system akan dipakai untuk memudahkan pilot dalam menjalankan misinya. Penambahan sistem senjata dan firing control juga menjadi hal utama yang dilakukan di dalam pengembangan helikopter ini.

Berat dan distribusi berat diusahakan tidak berubah banyak dari basis helikopter. Penumpang dan payload yang biasa dibawa oleh basis helikopter, diganti menjadi senjata dan amunisi pada helikopter tempur GANDIWA.

Sekilas Tentang “Gandiwa”

Andi_Ali_Syahbana_presentasi_Gandiwa_to_Menhan_Panglima_Alpahan_MabesNama GANDIWA diambil dari nama senjata milik Arjuna yang didapat dari Dewa Baruna.

Senjata panah sakti ini dilengkapi dengan tabung yang berisi panah yang tak terhingga jumlahnya.

Ctr. Direktur Teknologi dan Pengembangan PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Dr. Andi Alisjahbana memberikan penjelasan ihwal “Gandiwa” ini kepada Menteri Pertahanan, Panglima TNI, Para Kepala Staf Angkatan dan Petinggi TNI lainnya seusai Rapat Pimpinan TNI yang diikuti dengan Static Show Alat Pertahanan di Markas Besar TNI, Cilangkap .

Spesifikasi Teknis

Karakteristik umum

  • Crew: 2 (pilot, and co-pilot/gunner)
  • Length: 56 ft 1 in (17.1 m)
  • Rotor diameter: 46 ft 0 in (14.0 m)
  • Disc area: 1,662 ft² (154.4 m²)
  • Empty weight: 6,789 lb (3,079 kg)
  • Max takeoff weight: 11,900 lb (5,397 kg)
  • Powerplant: 2 × Pratt & Withney Canada. PT6T-3BE Twin Pac Turboshafts, 900 shp (671 kw) each
  • Fuselage length: 43 ft (13.1 m)

Performansi

  • Maximum speed: 140 knots (259 km/h)
  • Cruise speed: 122 knots (226 km/h)
  • Range: 402 nmi (745 km)
  • Service ceiling: 20,000 ft (6,096 m)
  • Rate of climb: 1,350 ft/min (6.86 m/s)
  • Power/mass: 0.2263 hp/lb (437 W/kg)

Persenjataan

  • Guns: 1× 30 × 113 mm (1.18 × 4.45 in) M230 Chain Gun with 1,200 rounds
  • Hardpoints: Four pylon stations on the stub wings.
  • Rockets: Hydra 70 70 mm, and CRV7 70 mm air-to-ground rockets
  • Missiles: Typically AGM-114 Hellfire variants; AIM-92 Stinger may also be carried.

(Iqbal1 ; Ref. Materi Pameran Alpahan dalam Rapim TNI, Cilangkap, Januari 2012 -dan di   Secapa-)


Promosi : Arti PT Dirgantara Indonesia untuk Korea

Januari 10, 2012

Pesawat CN-235 kembali diserahkan PT Dirgantara Indonesia kepada Korean Coast Guard (KCG) pada hari Jum’at 23/12/2011 lalu,  melakukan lepas landas di Bandara Husein Bandung dan terbang langsung menuju Negara Korea. Ini adalah penyerahan pesawat ketiga dari empat unit CN-235 yang dipesan oleh Korean Coast Guard dalam sebuah kontrak jual beli  senilai US$ 94 juta dengan PT Dirgantara Indonesia pada bulan Desember 2008. Pesanan dua unit CN-235 sebelumnya sudah diserahkan PT Dirgantara Indonesia pada bulan Mei 2011.

Direktur Aircraft Integration, Budiman Saleh menjelaskan bahwa CN-235-MPA (Maritime Patrol Aircraft) pesanan Korean Coast Guard (KCG) ini memiliki spesifikasi antara lain dilengkapi dengan Search Radar, Flir, ESM, IFF Interrogator, Tactical Navigation, Tactical Computer System, Camera, Bubble Window, dll. Termasuk sepasang engine CT7-9C, yang masing-masing berkekuatan 1.750 Daya Kuda (SHP). Sebelum diterbangkan ke Korea, pesawat tersebut sudah menjalani rangkaian uji sesuai prosedur yang berlaku dan lulus uji penerimaan (Acceptance Test).

Sebelumnya, hari Kamis 22/12/2011 di Lantai 2 Gedung Pusat  PT Dirgantara Indonesia telah diresmikan Gedung Design Center IF – X / KF – X oleh Sekretaris Jenderal Kementrian Pertahanan, Marsekal Madya Eris Herryanto, MA dan turut dihadiri oleh Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso, jajaran Kementrian Pertahanan, Kementrian RISTEK, Perguruan Tinggi, TNI-AU dan BPPT.

Gedung Design Center ini akan dilengkapi dengan beberapa komputer yang menggunakan software canggih, untuk menghubungkan Gedung Design Center yang dibangun di Bandung dan Daejon Korea. Dua gedung tersebut rencananya akan berfungsi penuh saat PT Dirgantara Indonesia melakukan pembuatan Pesawat KF-X/IF-X , yaitu sebuah pesawat tempur Multi Role generasi 4.5 yang setara dengan F-16 ++.

Jika keberadaan PT Dirgantara Indonesia menjadi  sangat berarti  buat negara Korea ; kenapa  potensi BUMN  ini  sangat dilupakan di tanah air ….? *** (E. Triwulan/Sindo-Bdg).


Kisah : Dibalik Wanita Muslimah dari Tanah Pasundan

Desember 7, 2011

Situs Subang Larang di Desa Nangerang, Kecamatan Binong – Subang menjadi destinasi wisata religi alternatif baru di Jawa Barat. Siapa sebenarnya wanita muslimah dari Tanah Pasundan yang kini ramai dibicarakan masyarakat setempat tsb.

Kawasan Teluk Agung yang terletak di Desa Nanggerang, Kecamatan Binong, Kabupaten Subang, mendadak ramai dikunjungi oleh masyarakat dan para pejabat tinggi negara setempat. Ternyata, kawasan yang juga dikenal Astana Panjang atau Muara Jati ini merupakan saksi sejarah riwayat perjalanan hidup seorang tokoh legendaris wanita tatar Pasundan (Jawa Barat) pada sekitar abad 14 / 16-17 masehi yang juga merupakan istri Prabu Siliwangi, yakni Nyi Subang Larang, ditemukan.

Uniknya, ternyata istri Prabu Siliwangi ini seorang Muslimah dan pendiri pesantren besar di masanya. Berdasarkan data-data sejarah, di kawasan ini pula Nyi Subang Larang diyakini dimakamkan. Bagaimana sesungguhnya sosok Nyi Subang Larang ini?.

Berdasarkan riwayat sejarah, Nyi Subang Larang merupakan putri Ki Gedeng Tapa yang merupakan pendiri Kerajaan Japura yang pernah mendapat cinderamata berupa mercusuar dari Laksaman Ceng Ho, pemimpin pasukan Kerajaan dari negeri China. Nyi Subang Larang bernama asli Kubang Kencana Ningrum. Ketika beliau berguru kepada seorang tokoh penyebar Islam dari Pulau Bata Kabupaten Karawang, ‘Syeikh Qurra’, namanya kemudian diganti oleh Syeikh Qurra’ menjadi “Sub Ang” yang bermakna “Pahlawan Berkuda”.

Subang Larang merupakan satu dari dua tokoh srikandi atau pejuang (pahlawan) wanita Tatar Sunda pada masa itu dimana beliau merupakan figur seorang muslimah (penganut agama Islam). Beliau merupakan murid ‘Syeikh Qurra’ yang juga tokoh penyebar Islam setingkat wali yang menyebarkan Islam di wilayah Karawang.

Sepulangnya berguru kepada Syeikh Qurra, Nyi Subang Larang lantas mendirikan pesantren besar bernama “Kobong Amparan Alit” di kawasan Teluk Agung yang kini berada di lingkungan Desa Nanggerang Kecamatan Binong. Belakangan nama “Kobong Amparan Alit” berubah menjadi “Babakan Alit” yang juga berada di sekitar kawasan Teluk Agung Desa Nanggerang. Selanjutnya, Nyi Subang Larang menikah dengan Pamanah Rasa yang bergelar Prabu Siliwangi dan melahirkan beberapa orang keturunan yang kelak menjadi orang-orang besar, diantaranya Raden Kian Santang yang bergelar Pangeran Cakra Buana yang merupakan pendiri cikal bakal Kerajaan Cirebon. Raden Kian Santang sendiri merupakan seorang muslim sekaligus tokoh penyebar Islam. Demikian halnya, kerajaan Sumedang Larang, Pakuan Pajajaran dan kerajaan Sunda lainnya tidak mungkin dilepaskan dari perjalanan Nyi Subang Larang.

Tidak akan ada Cirebon, kalau tidak ada Nyi Subang Larang. Sebab sejarah tatar Sunda tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjalanan hidup seorang Subang Larang. Pada saat menikah dengan Prabu Siliwangi, Subang Larang lantas diboyong oleh sang suami untuk tinggal di Bogor yang ketika itu merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran. Namun, meskipun tinggal di Bogor, Subang Larang kerap mengunjungi pesantrennya di kawasan Teluk Agung yang sekarang terletak di Desa Nanggerang Kecamatan Binong.

Dan ketika beliau wafat, jasad atau layon-nya kemudian dibawa oleh para abdi dalemnya untuk dimakamkan di kawasan Teluk Agung tersebut. Diantara abdi dalem yang membawa jasad Nyi Subang Larang adalah tokoh yang kini dimakamkan di kawasan makam keramat Gelok yang terletak di Kp. Cipicung Desa Kosambi Kecamatan Cipunagara Subang.

Berdasarkan bukti dan penuturan sejarah yang diterima saat ini, hampir semua penduduk yakin bahwa di kawasan Teluk Agung Desa Nanggerang inilah Nyi Subang Larang pernah hidup, mendirikan pesantren besar dan dimakamkan di akhir hayatnya.

Berkaitan dengan penemuan situs Subang Larang ini pula, Pemerintah Propinsi Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar siap mengucurkan anggaran Rp500 juta rupiah untuk revitalisasi dan pemeliharaan kawasan situs serta pemberdayaan ekonomi warga sekitar. Dan hingga saat ini, situs Subang Larang ramai dikunjungi peziarah serta diharapkan bisa menjadi tujuan wisata religi nantinya. Wallohu a’lam *** (Ref. Bayt Al-Hikmah).


Beberapa Jejak Petualangan Sukarno di Bandung

November 7, 2011
“Aku langsung jatuh cinta dengan Bandung”, begitu kesan Sukarno mengenai Kota Bandung. Dan memang, Sukarno betul-betul terikat dengan kota berjuluk Parijs van Java ini. Ia tumbuh menjadi mahasiswa yang kritis, bahkan kemudian terlibat aktif dalam kegiatan politik kebangsaan yang membawanya ke beberapa penjara di Bandung.

Petualangan Sukarno di Bandung tahun 1920-1933, adalah saat-saat pemikiran Sukarno paling cemerlang,  memukau dan semua pemikiran terbaiknya memang lahir di Bandung. Mulai dari konsep yang disebutnya Marhaenisme, atau pidato pembelaan yang menggugah dan luar biasa yaitu Indonesia Menggugat, dan juga risalah Mencapai Indonesia Merdeka yang ditulis di perkebunan teh di selatan Bandung. Jejak-jejak perjuangan Sukarno, beberapa diantaranya masih bisa kita lihat dan saksikan di Kota Bandung ini. Berikut 5 jejak yang terkait Sukarno di Bandung.

1. Techniche Hoogeschool (ITB)

ITB didirikan pada 3 Juli 1920 dengan nama “Technische Hoogeschool (THS)” te Bandoeng dengan satu fakultas de Faculteit van Technische Wetenschap yang hanya mempunyai satu jurusan de afdeeling der Weg en Waterbouw. ITB juga merupakan tempat presiden Indonesia pertama, Soekarno meraih gelar insinyurnya dalam bidang Teknik Sipil.

Di kampus inilah Sukarno muda, memulai ide-ide pergerakan kebangsaannya. Hingga akhirnya pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. 

2. Rumah Jalan Ciateul No. 8

Rumah yang berdiri sejak 1920-an ini memiliki satu ruang tamu, satu ruang makan, dan tiga kamar tidur. Di bagian belakang, terdapat kamar mandi dan dapur. Pemiliknya adalah Inggit Garnasih yang tak lain adalah ibu kost dari Sukarno muda yang kelak menjadi istri kedua Sukarno.

Baik Inggit maupun rumah jalan Ciateul, memiliki peranan besar dalam sejarah perjuangan Soekarno muda semasa masih menjadi mahasiswa teknik di kampus Technische Hoogeschool (ITB) Bandung.

Rumah yang berlokasi di Jalan Ciateul No. 8 (kini Jl. Inggit Garnasih No. 8), bisa dibilang sebagai dapur bagi perjuangan politik Sukarno muda dan beberapa tokoh perintis lainnya. Rumah ini juga dijadikan tempat penyelenggaraan kursus-kursus politik yang diberikan oleh Soekarno. Di rumah ini pula diskusi-diskusi dilansungkan dan kemudian melahirkan berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI, 1927), Sumpah Pemuda (1928), dan Partindo (1931). 

3. Penjara Banceuy

Penangkapan terhadap empat orang tokoh pimpinan PNI, pada 24 Desember 1929 antara lain Ir. Sukarno, R Gatot Mangkupraja, Maskun Sumadireja, dan Suypriadinata, menggegerkan kalangan kaum pergerakan di seluruh Indonesia ketika itu.

Mereka dihadapkan di depan pengadilan kolonial di Bandung yang berlangsung antara tanggal 18 Agustus-29 September 1930.

Melalui pidato pembelaannya, Sukarno dengan lantang menegaskan hasrat kemerdekaan bangsa Indonesia di hadapan hakim kolonial Belanda. Pidato pembelaan Sukarno, yang ditulis dalam sel No. 5 Penjara Banceuy di tengah-tengah Kota Bandung inilah kemudian dikenal dengan judul “Indonesia Menggugat”. Namun sayang, tak sepadan dengan nilai sejarah yang terkandung didalamnya. Penjara Banceuy tergerus oleh perkembangan jaman dengan hanya menyisakan sel No. 5 dan menara jaga.

4. Gedung Indonesia Menggugat

Gedung Indonesia Menggugat atau Gedung Landraad merupakan situs sejarah bangsa Indonesia di mana Soekarno muda memperjuangkan harkat dan martabat kemanusiaan di hadapan pengadilan kolonial (Landraad), bersama Maskoen, Gatot Mangkoepradja, Soepriadinata, Sastromolejono dan Sartono pada tahun 1930.

Peristiwa bersejarah itulah yang kemudian dikenal dengan nama “Indonesia Menggugat”.

Bandoeng Joernal mengembalikan fungsi gedung ini sebagai gedung Ex-Landraad pada tahun 1999 yang sebelumnya digunakan sebagai kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Barat. Kemudian situs ini dinamakan Gedung Indonesia Menggugat pada tahun 2005 oleh almarhum H.C. Mashudi, setelah dilakukan perbaikan secara fisikal.

Gedung Indonesia Menggugat akhirnya diresmikan sebagai Ruang Publik pada tanggal 18 Juni 2007 oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dihadiri oleh Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid.

5. Penjara Sukamiskin

Setelah divonis bersalah oleh pengadilan Kolonial, Soekarno muda mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin pada 1930. Ia divonis empat tahun penjara oleh persidangan Landraat Bandung.

Pembelaannya di persidangan yang berjudul Indonesie Klaagt Aan atau Indonesia Menggugat membuat marah pemerintahan Belanda ketika itu. Meski tak terbukti bersalah, Soekarno tetap ditekan dan dijebloskan ke Lapas Klas 1 Sukamiskin. Ia mendekam di kamar tahanan nomor 233 Blok Timur lantai II.

Kini, sel tahanan itu bernomor TA01 sebuah singkatan dari Timur Atas 01. Ukuran sel tahanan Bung Karno sekira 3,2×2,5 meter. Dua jendelanya menghadap persis ke arah matahari terbit. Di dalam ruangan hanya ada kursi dan meja kayu. Tempat tidur Bung Karno berupa kasur lipat yang di bawahnya terdapat kloset. *** (Oleh : Jalaksana Winangoen, http://www.uniknya.com)


Kisah : Imam Pemberontak dari Malangbong

November 7, 2011
DI Teluk Jakarta, sang “Imam” mengembuskan napas terakhir setelah tubuhnya diterjang peluru regu tembak. Toh, hampir lima puluh tahun setelah kematiannya, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjomasih terus mengilhami berbagai kelompok di negeri ini yang ingin menegakkan sebuah “Negara Islam” -baik dengan jalan damai maupun kekerasan.
 
Kendati dikenal sebagai pemimpin Islam, pria kelahiran Cepu, Jawa Tengah, 7 Januari 1907, itu sesungguhnya sosok yang tak terlalu “islami”. Ayahnya, Kartosoewirjo, adalah seorang mantri candu-pangkat yang cukup tinggi untuk seorang “inlander” di masa kolonial. Candu dan Islam jelas bukan pasangan yang padan.Keluarga Kartosoewirjo memang tergolong priayi feodal, dan bukan pemeluk Islam yang taat. “Keluarga kami cenderung abangan,” kata salah seorang anggota keluarga di Cepu. Masa kecil Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pun tak karib dengan pendidikan agama. Dia terus-menerus menempuh pendidikan di sekolah Belanda.

Setelah menamatkan Inlandsche School der Tweede Klasse, yang dikenal sebagai “Sekolah Ongko Loro”, Karto kecil melanjutkan sekolah ke Hollands Inlandsche School di Rembang, Jawa Tengah. Setelah itu, dia meneruskan pendidikan ke Europeesche Lagere School, sekolah elite khusus untuk anak Belanda, di Bojonegoro, Jawa Timur.

Hanya anak pribumi cerdas dan berasal dari keluarga amtenar yang boleh masuk sekolah itu. Kemudian dia melanjutkan lagi pendidikan ke Nederlandsch Indische Artsen School -biasa disebut Sekolah Dokter Jawa- di Surabaya.

Di masa remaja, Kartosoewirjo yang mulai tertarik pada dunia pergerakan justru akrab dengan pemikiran kebangsaan -bahkan “kiri”-. Dia diketahui banyak membaca buku sosialisme yang diperoleh dari pamannya, Mas Marco Kartodikromo. Marco dikenal sebagai wartawan dan aktivis Sarekat Islam beraliran merah. Terpengaruh bacaan itu, Kartosoewirjo terjun ke politik dengan bergabung di Jong Java dan kemudian Jong Islamieten Bond.

Pengetahuan agama Islam praktis digalinya secara otodidak, lewat literatur berbahasa Belanda dan persentuhan dengan sejumlah kiai. Guru mengajinya yang pertama adalah Notodihardjo, aktivis Partai Sarekat Islam Indonesia sekaligus Muhammadiyah di Bojonegoro. Penampilan Notodihardjo tipikal Islam-Jawa : tutur katanya halus dan dia selalu mengenakan blangkon, beskap, dan selop.

Adapun gurunya di dunia pergerakan, sekaligus guru agamanya terbesar, tak pelak lagi adalah Haji Oemar Said Tjokroaminoto -tokoh yang disebut Belanda “Raja Jawa tanpa Mahkota”. Terpesona oleh pidato “singa podium” itu, Karto melamar menjadi murid dan mulai mondok di rumah Ketua Sarekat Islam itu di Surabaya. Untuk membayar uang pondokan, Karto bekerja di surat kabar Fadjar Asia milik Tjokroaminoto. Ketekunan dan kecerdasan membawa Kartosoewirjo menjadi sekretaris pribadi mertua pertama Soekarno itu.

Patut dicatat, Tjokroaminoto juga dikenal sebagai guru bagi Semaoen yang beraliran komunis dan Soekarno yang beraliran nasionalis. Kesamaan tujuan untuk memerdekakan Indonesia dari penjajahan Belanda membuat mereka bersatu dan mengesampingkan perbedaan.

***

KETIKA tinggal di Malangbong, Garut, Kartosoewirjo kembali mempelajari Islam dari sejumlah ajengan, alias kiai lokal, seperti Ardiwisastra dari Malangbong, Kiai Mustafa Kamil dari Tasikmalaya, dan Kiai Yusuf Tauziri dari Wanareja. Ardiwisastra belakangan menjadi mertua dan sekutu dekatnya dalam perjuangan menegakkan Negara Islam.

Sebaliknya, Yusuf Tauziri menjadi lawan tangguh dalam arti sesungguhnya bagi Kartosoewirjo. Beberapa kali anak buah Yusuf yang menolak proklamasi Darul Islam terlibat baku tembak dengan pasukan Kartosoewirjo di medan tempur.

Dengan latar belakang Islam-Jawa seperti itu, bukan hal ajaib jika muncul cerita Kartosoewirjo pernah melakukan tapa geni tidak makan dan tidak minum selama 40 hari di Gua Walet, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dia meyakinkan pengikutnya bahwa bertapa juga dilakukan Rasulullah ketika memperoleh wahyu pertama di Gua Hira.

Dalam buku Pedoman Dharma Bhakti Negara Islam Indonesia jilid ketiga, Kartosoewirjo disebut dengan banyak julukan : Ratu Adil, Imam Mahdi, Sultan Heru Tjokro, dan Satrija Sakti. Julukan itu sesuai dengan ramalan Joyoboyo, raja sekaligus pujangga Jawa yang menubuatkan akan munculnya seorang pemimpin umat manusia.  *** (Ref. Tempointeraktif.com ; 16/08/2010)


Jejak : Santri Abangan dari Hutan Jati

Agustus 18, 2011

SEKARMADJI Maridjan Kartosoewirjo lahir pada 7 Januari 1907 di Cepu, Jawa Tengah -kota dengan romansa Bengawan Solo dan belukar hutan jati-. Sang ayah, Kartosoewirjo, mantri candu pemerintah Belanda, memberinya nama Sekarmadji Maridjan. Kelak nama ayahnya disematkan di belakang nama sang bayi. Kakek si orok adalah Kartodikromo, Lurah Cepu. Rumah sang kakek tempat Sekarmadji lahir, di belakang pasar lama, kini telah musnah.

Yang tersisa adalah rumah di Jalan Raya Cepu 15, milik Kartodimedjo, paman Sekarmadji, yang sempat menjadi pamong praja pemerintah Belanda. Rumah kayu jati berkapur putih yang dibangun pada 1890 itulah tempat berkumpul keluarga besar Kartodikromo. “Ini rumah induk, tempat jujugan keluarga besar kami,” kata Nuk Mudarti, 75 tahun, keponakan Sekarmadji.

Pada usia enam tahun, Sekarmadji masuk Inlandsche School der Tweede Klasse Cepu, sekolah yang biasa disebut sekolah ongko loro (angka dua).

Sebagai anak pegawai pemerintah, Sekarmadji hidup berpindah-pindah mengikuti tugas ayahnya. Selain di Cepu, ayahnya pernah berdinas di Pamotan, Rembang, Jawa Tengah. Di kota ini, Sekarmadji melanjutkan sekolah ke Hollands Inlandsche School. Ketika pindah ke Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, pada 1919, ia meneruskan pendidikan ke Europeesche Lagere School, sekolah elite khusus anak Belanda. Hanya pribumi cerdas yang boleh masuk. Di kala libur, Sekarmadji kerap bermalam di rumah Jalan Raya Cepu 15.

Pada 1923, Sekarmadji meneruskan pendidikan ke Nederlandsch Indische Artsen School, sekolah kedokteran Belanda di Surabaya. Saat itu Sekarmadji sudah hafal Al-Quran berikut tafsirnya. Kemampuan ini dikembangkan ketika dia kuliah di Surabaya dan mempertemukannya dengan tokoh Islam, Haji Oemar Said Tjokroaminoto.

Masa kecil Sekarmadji dihabiskan di lingkungan abdi dalem pemerintah Belanda. “Kami keturunan birokrat,” kata Nuk. Ronodikromo, kakek buyut Sekarmadji, adalah Lurah Merak, Panolan, Cepu. Soal keyakinan beragama, “Keluarga Kartodikromo cenderung abangan,” kata Nuk. “Kami priayi feodal.”

Meski priayi feodal, keluarga Kartodikromo demokratis. Perbedaan prinsip, pandangan politik, dan ideologi dihargai. Anak-anak diajari berpendirian teguh. “Itulah mengapa Mas Marco dan Sekarmadji teguh mempertahankan prinsip.”

Mas Marco, satu dari tujuh anak Kartodikromo, meninggal di pengasingan Digul karena menentang pemerintah Belanda. Marco dikenal sebagai aktivis kiri di era kolonial. Sekarmadji memimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Keislaman Sekarmadji banyak dipengaruhi ajaran Notodihardjo, pemuka Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) di Padangan, Bojonegoro. Pikiran kritis Sekarmadji terus bertumbuh ketika dia kuliah di Surabaya.

Suatu malam pada 1948, Sekarmadji datang ke rumah nomor 15. Nuk Mudarti masih mengingatnya. Kehadiran pamannya ini mencemaskan orang serumah. Jika Sekarmadji datang, polisi dan intelijen mengitari rumah. “Menakutkan,” kata Nuk. “Saya masih kecil, tak tahu mengapa intel menguntitnya.” Sejak 1940-an, Sekarmadji tak pernah lagi singgah di rumah induk. “Hingga kami mendengar dia merantau ke Malangbong,” kata Nuk. Hubungannya dengan Cepu putus.

Soemarti alias Dora, saudara kandung Sekarmadji, turut hijrah ke Malangbong, Garut, Jawa Barat. Dia pernah mengajak keluarga Cepu berkunjung ke Malangbong. Oleh-oleh hasil bumi sudah disiapkan. Tapi kunjungan itu tak pernah terwujud.

Saat meletus peristiwa pemberontakan DI/TII, keluarga Cepu menutup diri. Ketertutupan berlanjut sampai zaman Orde Baru. Keluarga besar Cepu, yang rata-rata pegawai pemerintahan, khawatir disangkutpautkan dengan gerakan Sekarmadji.

“Kami jadi kepaten obor, kehilangan jejak,” kata Kusparyono, 55 tahun, keponakan Sekarmadji di Cepu. Sardjono, putra bungsu Sekarmadji, membenarkan soal putusnya hubungan keluarga ini. “Sejak Ayah hijrah ke Malangbong, tak pernah lagi ke Cepu,” katanya.

Zaman berganti. Kini perjalanan hidup Sekarmadji justru membuat keluarga Cepu bangga. “Kami rindu bertemu anak-cucu Sekarmadji,” kata Nuk. Sardjono merasakan hal yang sama. “Kami tak punya bayangan bagaimana Cepu itu,” ujarnya.

RUMAH tua di Jalan Dr Soetomo, Pengkok, Padangan, Bojonegoro, itu kosong, tak terurus. Bangunan besar berwarna merah dengan lis abu-abu itu milik Mashudi (almarhum), pengusaha transportasi, anggota PSII pada 1940-an. “Ini rumah bersejarah,” kata Yunani, 58 tahun, putra Mashudi.

Sebelum masa pendudukan Jepang, rumah ini ditempati Notodihardjo alias Abdurrahman, aktivis PSII yang bergabung dengan Muhammadiyah. Saban bulan, Noto mengadakan pengajian sambil mengumpulkan bantuan untuk kaum fakir. Warga Bojonegoro, Ngawi, Blora, dan Cepu datang menghadiri pengajian. “Mbah Noto ini guru ngaji Sekarmadji,” kata Yunani. “Beliau punya mesin tik.”

Murid Noto lainnya adalah Suroatmodjo, juga anggota PSII. Putranya, Slamet, 67 tahun, berkisah tentang sang guru ngaji berdasarkan penuturan ayahnya. Noto berasal dari Surakarta. Istrinya dari Montong, Tuban. Tutur katanya halus, dia selalu mengenakan blangkon, beskap, dan selop. “Katanya, Noto keturunan Keraton Mangkunegaran,” ujar Slamet.

Rumah ayah Slamet, Suroatmodjo, di Dusun Sale, Sumembramum, Ngraho, sekitar 45 kilometer di barat Bojonegoro. Rumah ini kerap digunakan sebagai tempat rapat tokoh PSII. “Kami menyebutnya pertemuan rahasia, sering dihadiri orang tak dikenal,” kata Slamet.

Pada 1950-an, sebulan penuh Noto diperiksa polisi Ngawi. Polisi tidak menemukan bukti keterlibatannya dalam pemberontakan DI/TII. Hubungan Noto dan Sekarmadji dianggap hanya bersifat keagamaan. Pensiunan sinder kehutanan itu pun bebas dari tuduhan.

Tak jelas benar kapan persisnya Sekarmadji berguru pada Noto. Mungkin ketika Sekarmadji masih tinggal bersama ayahnya, atau ketika dia kuliah di Surabaya. “Kami tak tahu,” kata Nuk Mudarti.

Haji Damamini, 81 tahun, tokoh Masyumi dan Muhammadiyah di Ngraho, bercerita tentang sosok Noto. Menurut dia, Noto tersohor di seantero Cepu dan kota-kota di sekitarnya. “Dia punya indra keenam,” kata Damamini. Kemampuan itulah yang menerbitkan simpati dan hormat banyak orang kepada Noto.

Hubungan Noto-Sekarmadji banyak diwarnai kisah yang susah ditelusuri kebenarannya. Ahmad, 60 tahun, salah satu santri Noto, pernah mendengar kisah pertemuan Noto-Sekarmadji di tepi Bengawan Solo pada 1948. Ketika itu, sang murid hendak mengambil keputusan penting : hijrah ke Malangbong.

Dalam perenungan guru-murid, menurut kisah yang didengar Ahmad, muncul dua sosok. Noto menaiki macan putih, yang diartikan sebagai pandita. Adapun sosok Sekarmadji muncul dengan menaiki kuda putih, simbol pengelana. Noto meminta muridnya memperdalam agama dulu. Namun Sekarmadji nekat dan memilih pergi ke Malangbong. “Mereka lalu berpisah,” kata Ahmad.

Noto terus mengajar ngaji hingga wafat, pada 1971. Dia dimakamkan di Padangan. Jejak Sekarmadji pun semakin kabur sepeninggal sang guru. Ahmad mengenang, “Hanya Mbah Noto yang tahu hati Sekarmadji.”  *** (Ref. Tempointeraktif.com, 16/08/10)


Selisik : Kekasih Orang Pergerakan

Agustus 16, 2011

BATU-BATU kali di atas nisan itu telah berlumut, di bawah payungan pohon-pohon menjulang. Ini sebuah kompleks makam keluarga di belakang Masjid Jami di Kampung Bojong, Malangbong, di Garut, sebuah kota pedalaman di Jawa Barat. Suasana hening dan adem ketika Tempo berziarah ke sana pada Juli lalu. Di sinilah Dewi Siti Kalsum, istri Kartosoewirjo, yang akrab dipanggil Wiwiek, beristirahat untuk selamanya.

Lahir pada 1913, Dewi wafat 12 tahun lalu dalam usia 85 tahun. Bersebelahan  dengan makam Dewi adalah kuburan Raden Rubu Asiyah, ibundanya, perempuan menak asal Keraton Sumedang, Jawa Barat. Di pemakaman ini Kartosoewirjo ingin dikuburkan. “Bapak ingin jenazahnya dekat dengan keluarga Malangbong,” kata Sardjono, anak bungsu Kartosoewirjo, kepada Tempo.

Tapi pemerintah Soekarno punya kemauan lain. Sampai sekarang tak jelas keberadaan jasad Kartosoewirjo setelah dia dieksekusi mati pada September 1962 di sebuah tempat di Teluk Jakarta. Kartosoewirjo agaknya ingin menunjukkan cintanya kepada Dewi hingga akhir hayat : meminta dirinya dikuburkan di Malangbong, kendati tak kesampaian.

Pada masa gadisnya, Dewi adalah kembang Malangbong. Dia putri Ajengan Ardiwisastra, kiai sekaligus ningrat kaya di Malangbong ketika itu. Dewi sangat dekat dan terkesan dengan sikap hidup ayahnya. Pada usia delapan tahun, ibunya mengajak dia berjalan belasan kilometer ke Tarogong, Garut, untuk menengok ayahnya yang ditahan Belanda. Pengalaman ini amat membekas di hati dia.

Ardiwisastra ditahan Belanda karena bersama sejumlah ajengan memelopori pembangkangan terhadap perintah Belanda, yang mewajibkan penjualan padi hanya kepada pemerintah Hindia Belanda. Pada 1916, Belanda menembak mati Haji Sanusi, tokoh berpengaruh di Cimareme, Garut. Terjadi pula penangkapan secara besar-besaran terhadap para ajengan, termasuk Ardiwisastra dan santri-santrinya.

Dewi lulusan Hollandsch Inlandsche School (HIS) met de Quran Muhammadiyah Garut. HIS adalah sekolah yang pertama berdiri pada 1914, seiring dengan berlakunya politik etis atau balas budi penjajah Belanda kepada tanah jajahannya. Pendidikan setingkat sekolah dasar ini menggunakan pengantar bahasa Belanda. Ini berbeda dengan Inlandsche School yang menggunakan bahasa daerah. Umumnya yang bersekolah di HIS anak bangsawan, tokoh terkemuka, atau pegawai negeri.

Ketika Dewi sedang mekar mewangi pada 1928, muncullah seorang pemuda di rumahnya. Ia pintar bicara dan penuh daya tarik bagi Dewi, yang juga mulai aktif di dunia pergerakan. Pemuda itu Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Ia mampir ke rumah Ardiwisastra untuk mengumpulkan sumbangan warga Sarekat Islam guna mengongkosi Haji Agoes Salim ke Belanda. Agoes Salim ke Negeri Kincir Angin untuk berdiplomasi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Ardiwisastra tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia di Garut.

Sekarmadji saat itu sudah terkenal di kalangan Partai Sarekat Islam Indonesia. Dialah sekretaris pribadi singa podium Haji Oemar Said Tjokroaminoto-yang ikut melambungkan nama Kartosoewirjo ke kancah gerakan perlawanan terhadap Belanda. Pada Desember 1927 Karto terpilih sebagai Sekretaris Umum Partai Sarekat Islam Indonesia. Sejak itu, ia banyak melakukan perjalanan ke cabang-cabang Sarekat Islam.

Turne itu pula yang akhirnya membawa dia ke Malangbong menemui Ajengan Ardiwisastra. Setahun setelah pertemuan itu, pada April 1929, Sekarmadji menikahi Dewi di Malangbong. Tentang pernikahan ini, seorang ulama seusia Ardiwisastra mengatakan Sekarmadji diambil menantu semata-mata karena motif kepartaian. “Apakah calon menantunya tampan atau buruk muka tidak penting,” kata ulama tadi kepada Pinardi, penulis buku Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo terbitan 1964.

Bagi Sekarmadji, Dewi punya semacam pertalian darah dengan dia, sama-sama keturunan Arya Penangsang. Dalam sejarah Kerajaan Demak abad ke-15, Arya Penangsang adalah penguasa kawasan Jipang yang terbunuh dalam perebutan kekuasaan setelah pamor Demak merosot.

Kepada Ateng Jaelani, tokoh Darul Islam yang lain, Sekarmadji pernah bakal menjadi menantu Haji Agoes Salim. Tapi, karena Agoes Salim kalah berdebat dengan Sekarmadji, akhirnya batal. Penyebab lain, Sarekat Islam pecah. Kartosoewirjo tak sehaluan dengan Agoes Salim yang mau berunding dengan Belanda untuk bicara kemerdekaan. Dan Kartosoewirjo memilih jalan politik nonkooperatif terhadap Belanda.

Ardiwisastra memandang Sekarmadji pemuda ideal. Apalagi dia punya haluan politik serupa. Pada Adiwisastra, Sekarmadji memperdalam keislaman dan kepartaiannya.

Dalam sebagian babak pernikahan mereka, Dewi turut bergerilya. Tapi dia tak mampu menjelaskan alasannya bersusah payah selama 13 tahun keluar-masuk hutan bersama suaminya. “Karena apa ya, saya sendiri tidak tahu,” kata Dewi kepada Tempo edisi 5 Maret 1983. Kalau disebut karena cinta, “Bapak itu sebetulnya orangnya (mukanya) kan jelek,” kata Dewi.

Yang pasti, pada hari tuanya-tanpa Kartosoewirjo-Dewi hidup tenang dan cenderung dingin. Riwayat hidup yang lebih banyak dilumuri cerita duka bergerilya dengan Kartosoewirjo pernah ia ceritakan kepada Tempo 27 tahun lalu itu tanpa emosi.

Sebagai istri orang pergerakan, Dewi selalu berpindah-pindah ikut suami. Ia mondar-mandir Jakarta-Bandung-Garut-Yogyakarta, menumpang di rumah kenalan atau rumah kontrakan. Belum lagi jika Kartosoewirjo berurusan dengan rumah tahanan. Biasanya, kalau suaminya ditahan, Dewi pulang ke Malangbong. “Saya juga pulang kampung kalau mau melahirkan,” kata Dewi.

Dewi melahirkan 12 anak. Lima di antaranya meninggal. Tiga anak terakhir : Ika Kartika, Komalasari, dan Sardjono, lahir di tengah hutan. Anak-anak yang lain lahir di rumah. Mereka: si sulung Tati yang meninggal ketika masih bayi, Tjukup yang tertembak dan meninggal pada 1951 di hutan pada usia 16 tahun, Dodo Muhammad Darda, Rochmat (meninggal pada usia 10 tahun karena sakit), Sholeh yang meninggal ketika bayi, Tahmid, Abdullah (meninggal saat bayi), Tjutju yang lumpuh, dan Danti.

Sebagai perempuan, Dewi mula-mula takut juga hidup di hutan. Apalagi saat itu Dewi menggendong Danti yang baru berusia 40 hari. Dewi sempat berpikir tentang masa depan anak-anaknya dan sering tercenung sedih. Tapi Kartosoewirjo yang ia kagumi selalu menghibur. “Kok, sedih amat sih!” Itu kalimat yang kerap Kartosoewirjo ucapkan jika Dewi sedang bermuram durja. Biasanya, jika suaminya bilang seperti itu, Dewi langsung merasa tenteram.

Sebelum menjalani eksekusi mati, Kartosoewirjo sempat berwasiat di hadapan istri dan anak-anaknya di sebuah rumah tahanan militer di Jakarta. Menurut Dewi, saat itu Kartosoewirjo antara lain berkata tidak akan ada lagi perjuangan seperti ini sampai seribu tahun mendatang. Dewi menitikkan air mata. Karto, yang mencoba tabah, akhirnya meleleh. Perlahan-lahan, dia mengusap kedua matanya. *** (Ref. Tempointeraktif.com)


Profile : RA Lasminingrat

Mei 5, 2011

Warta : Garut Usulkan Lasminingrat Sebagai Pahlawan Nasional.

TEMPO Interaktif, Garut – Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengusulkan Raden Ajoe Lasminingrat sebagai pahlawan nasional. Pengajuan gelar pahlawan ini telah dilakukan dua kali oleh pemerintah daerah.

Pengajuan pertama dilakukan pada 2006 dan yang terakhir diajukan pada 2009 lalu. “Kami sangat berharap beliau menjadi pahlawan nasional,” ujar Juru Bicara Pemerintah Kabupaten Garut, Dikdik Hendrajaya, di ruang kerjanya, Selasa (19/10).

Menurut Dikdik, sosok Lasminingrat cukup layak dijadikan pahlawan, karena dia merupakan salah satu figur langka yang berjuang di bidang pendidikan, sekaligus merupakan representasi kaum perempuan dalam memperjuangankan kesetaraan gender yang pada zamannya masih tertinggal. Dia juga dianggap sebagai tokoh perempuan intelektual pertama di Indonesia jauh sebelum lahir Kartini tahun 1879 dan Dewi Sartika tahun 1884.

Raden Ayu Lasminingrat lahir pada 1843. Dia merupakan putri seorang Ulama / Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda yang terkenal pada zamannya, yaitu Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Dia juga merupakan istri dari Rd. Adipati Aria Wiratanudatar VII, yang waktu itu Bupati Garut ke empat.

Kecerdasan yang dimiliki Lasminingrat ini bukan tanpa alasan. Dia dimasukan ke sekolah Belanda di daerah Sumedang. Di sana dia belajar membaca, menulis, dan juga mempelajari bahasa Belanda. Selama di Sumedang, Lasminingrat diasuh oleh teman Belanda ayahnya, Levyson Norman. Karena didikan Norman, Lasminingrat tercatat sebagai perempuan pribumi satu-satunya yang mahir dalam menulis dan berbahasa Belanda pada masanya.

Perjuangan Lasminingrat dititik beratkan pada dunia kepenulisan/kepengarangan dan pendidikan bagi kaum perempuan. Buah karyanya diantaranya mendirikan sekolah Kautamaan Istri yang menjadi cikal bakal berdirinya sekolah seperti sekarang. Selain itu, dia juga menulis beberapa buku berbahasa Sunda yang ditujukan untuk anak-anak sekolah, baik karangan sendiri maupun terjemahan.

Perjuangan Lasminingrat diawali dari dunia kepenulisan. Salah satu buah tangannya dengan menerbitkan buku Carita Erman yang merupakan terjemahan dari Christoph von Schmid, pada 1875. Buku ini dicetak sebanyak 6.015 eksemplar dengan menggunakan aksara Jawa, lalu mengalami cetak ulang pada 1911 dalam aksara Jawa dan 1922 dalam aksara Latin.

Setelah karya tersebut, pada 1876 terbit Warnasari atawa Roepa-roepa Dongeng Jilid I dalam aksara Jawa. Buku ini merupakan hasil terjemahan dari tulisan Marchen von Grimm dan JAA Goeverneur, yaitu Vertelsels uit het wonderland voor kinderen, klein en groot (1872) dan beberapa cerita Eropa lainnya. Jilid II buku ini terbit setahun kemudian, lalu mengalami beberapa kali cetak ulang, yakni pada 1887, 1909, dan 1912, dalam aksara Jawa dan Latin. “Dongeng yang dikarangnya memotivasi kita untuk mandiri,” ujar Dikdik yang mengaku telah membaca buku Carita Erman.

Setelah menjadi istri Bupati Garut, Lasminingrat menghentikan aktivitas kepengarangannya. Ia lalu berkonsentrasi di bidang pendidikan bagi kaum perempuan Sunda. Kautamaan Istri merupakan sekolah pertama khusus perampuan yang didirikan pada tahun 1907 pada masa kolonial Belanda.

Ketika itu ia mendirikan sekolah Keutamaan Istri di ruang gamelan Pendopo Kabupaten Garut. Siswa Kautamaan istri pertama kali hanya terbatas pada anak permepuan kaum menak di Garut saja. Mereka diajarkan membaca, menulis, dan berbagai hal yang harus dipelajari oleh seorang perempuan.

Perkembangan sekolah ini cukup pesat, pada 1911 jumlah muridnya mencapai 200 orang, dan lima kelas dibangun di sebelah pendopo. Sekolah ini akhirnya mendapatkan pengesahan dari pemerintah Hindia Belanda pada 1913 melalui akta nomor 12 tertanggal 12 Februari 1913. Pada 1934, cabang-cabang Keutamaan Istri dibangun di kota Wetan Garut, Bayongbong, dan Cikajang.

Di sekolah Keutamaan Istri, murid-muridnya diajari cara memasak, merapikan pakaian, mencuci, menjahit pakaian, dan segala hal yang ada hubungannya dengan kehidupan berumah tangga. Tujuannya, supaya kelak saat dewasa dan menikah, mereka bisa membahagiakan suami dan anak, juga mengerjakan sendiri apa saja yang berhubungan dengan rumah tangga.

Lasminingrat dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap orang lain. Dalam catatan sejarah, ia merupakan salah seorang tokoh yang mendukung Dewi Sartika untuk mendirikan sekolah bagi kaum perempuan pada 1904.

Ini berawal saat Dewi Sartika kesulitan dalam meminta izin kepada Bupati Bandung RAA Martanagara untuk mendirikan sekolah. Bupati selalu menolak maksud Dewi Sartika tersebut. Bukan tanpa alasan Bupati Bandung menolak keinginan Dewi Sartika.

Menurut sejarawan Universitas Padjadjaran, Nina Herlina Lubis, dalam bukunya Kehidupan Kaum Menak Priangan, ayah Dewi Sartika diasingkan ke Ternate lantaran dituduh terlibat percobaan pembunuhan terhadap Bupati Bandung dan pejabat Belanda di Bandung, pada usianya yang baru sembilan tahun. Karena peristiwa itu, Bupati Bandung menganggap Dewi Sartika adalah anak musuh politiknya. Maka dari itu, permintaannya selalu ditolak.

Melihat hal ini, Lasminingrat turun tangan dengan bantuan suaminya. Ia meminta suaminya memberikan saran kepada Bupati Bandung agar maksud Dewi Sartika yang akan mendirikan sekolah terkabulkan. Setelah berbicara dengan RAA Wiratanudatar VIII, Bupati Bandung memberi izin kepada Dewi Sartika. Pada Januari 1904, Dewi Sartika akhirnya mendirikan Sakola Istri di Bandung. Lasminingrat dan Dewi Sartika memang sering kali berhubungan layaknya seorang ibu kepada anak. Mereka terutama saling memberikan dukungan perjuangan untuk memajukan kaum perempuan.

Lasminingrat meninggal pada 10 April 1948 dalam usia 105 tahun. Jenazahnya dimakamkan di belakang Mesjid Agung Garut, berdampingan dengan makam suaminya. Perjuangan Lasminingrat, kini mulai dikenalkan oleh perintah daerah kepada warganya. Bahkan dinas pendidikan setempat mulai mengenalan sejarah perjuangan RA Lasminingrat (1843 – 1948), sebagai perempuan intelektual pertama di Indonesia kepada siswa dari SD sampai SMA. *** (SIGIT ZULMUNIR / tempo.interaktif).


Rehat : Maher Zain, Nafas Baru Musik Islami

April 28, 2011

Ada warna baru di dunia musik Islami. Pria keturunan Arab dan Eropa ini hadir dengan lagu bernafas Islami dalam balutan musik modern dan pop yang catchy namun menghanyutkan. Ia membawa misi dalam musiknya untuk menghibur dan menginspirasi banyak orang, sekaligus membawa pesan perdamaian dan harapan untuk dunia. Ia adalah Maher Zain.

Maher Zain lebih dulu dikenal di Eropa, Amerika, Australia dan Timur Tengah. Album perdana Maher yang berjudul “Thank You Allah” dirilis pada January 2009 dibawah label Awakening Records. Album ini sukses meraih nomor 1 di Amazon’s World Music Charts dan nomor 9 di The R&B charts. Single andalan Maher yaitu ‘Insha Allah’ dan ‘The Chosen One’, menjadi hits di mana-mana, termasuk di Indonesia. Video klip ‘Insha Allah’ sudah meraih lebih dari 8 juta penonton di YouTube dan dibuat dalam 4 versi, yaitu versi bahasa Inggris, Perancis, Turki, dan Arab.

Ia adalah artis Muslim pertama yang meraih 1 juta fans di Facebook dalam waktu 1 tahun sejak album debutnya dirilis. Di Indonesia sendiri, ada lebih dari 4000 penggemar Maher yang tergabung dalam MZIFC (Maher Zain Indonesia Fans Club).

Di bulan April 2011 Maher akan segera merilis album debutnya di Indonesia di bawah naungan Sony Music Indonesia. Album ini berjudul “Thank You Allah” berisi lagu-lagu yang ada di album perdana Maher, ditambah dengan 2 buah lagu special.

Dua lagu spesial ini salah satunya ‘Insha Allah’ adalah hasil duet Maher Zain dengan Fadly, vokalis dari Padi, band papan atas Indonesia.

Lagu spesial lainnya berjudul ‘Sepanjang Hidup’, dibilang spesial karena Maher menyanyikan lagu ini dalam Bahasa Indonesia yang sangat fasih. Seperti apa lagu religi modern ala Maher Zain? Langsung saja simak klip “Insha Allah” di bawah ini.